Transformasi emisi menjadi aset ekonomi
Konsep pasar karbon, yang memberikan nilai moneter pada emisi karbon, telah muncul sebagai instrumen yang ampuh untuk mendorong industri mengurangi jejak karbon mereka.
Mekanisme pasar karbon secara garis besar terbagi menjadi dua jenis: pasar komplians dan pasar karbon sukarela (VCM).
Pasar komplians, yang mandatnya berasal dari regulasi pemerintah, mencakup instrumen seperti pajak karbon dan sistem perdagangan emisi (ETS).
Di sisi lain, VCM memberikan ruang bagi bisnis untuk secara sukarela mengimbangi emisi mereka dengan membeli kredit karbon dari proyek-proyek yang telah terverifikasi keberlanjutannya.
Di kawasan ASEAN, pasar karbon menawarkan solusi ganda. Pertama, mendorong pengurangan emisi gas rumah kaca secara signifikan, yang merupakan langkah krusial dalam mengatasi perubahan iklim.
Kedua, merangsang investasi dalam proyek-proyek berkelanjutan, sehingga menciptakan peluang ekonomi baru dan mendorong pertumbuhan yang lebih hijau.
Konteks Iklim ASEAN
ASEAN, sebuah kawasan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) gabungan yang mencapai angka mengesankan sebesar AS$3,4 triliun, telah menjadi kekuatan ekonomi yang tak terbantahkan di panggung dunia.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat ini, sayangnya, tidak lepas dari dampak negatif terhadap lingkungan.
Ketergantungan yang tinggi pada bahan bakar fosil, terutama batu bara, serta praktik deforestasi yang masih marak, telah menjadikan kawasan ASEAN sebagai salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di dunia, mencapai sekitar 6% dari total emisi global pada tahun 2023.
Baca Juga: TikTok Hasilkan Jejak Karbon Tahunan yang Lebih Besar dari Yunani
KOMENTAR