Peristiwa calving kecil ini, yang seringkali luput dari sorotan media, secara perlahan namun pasti mengikis massa es yang sangat besar.
Air tawar hasil pencairan gunung es yang lebih kecil ini kemudian mengalir ke Samudra Selatan, mengubah komposisi kimiawi air laut. Perubahan salinitas dan suhu air laut akibat pencairan es ini berpotensi mengganggu sistem sirkulasi laut global yang kompleks.
Arus laut dalam, yang berperan krusial dalam mengatur iklim global dan mendistribusikan nutrisi ke seluruh lautan, dapat melemah akibat berkurangnya salinitas di Samudra Selatan.
Dampak dari perubahan sirkulasi laut ini sangat luas dan kompleks. Gangguan pada aliran nutrisi dapat mengganggu keseimbangan ekosistem laut di seluruh dunia, mengancam kelangsungan hidup berbagai spesies laut.
Benteng pertahanan iklim yang terancam
Pencairan es yang terus berlangsung juga mengancam peran penting Antartika dalam mengatur iklim Bumi. Lapisan esnya yang luas, berkilau putih, memantulkan sebagian besar sinar matahari yang jatuh di permukaannya kembali ke angkasa.
Proses ini, yang dikenal sebagai efek albedo es, membantu menjaga suhu Bumi tetap stabil dan mencegah pemanasan global yang lebih parah.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, keseimbangan rapuh ini terancam oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Pemanasan global menyebabkan lapisan es Antartika mencair dengan kecepatan yang semakin mengkhawatirkan. Peristiwa calving semakin sering terjadi.
Setiap kali terjadi peristiwa calving kecil, permukaan es yang memantulkan sinar matahari berkurang. Hal ini menciptakan semacam lingkaran setan: semakin banyak es yang mencair, semakin sedikit sinar matahari yang dipantulkan, dan semakin cepat pula suhu Bumi meningkat. Para ilmuwan menyebut fenomena ini sebagai umpan balik albedo es.
Hilangnya lapisan es Antartika tidak hanya berdampak pada kenaikan permukaan laut secara global, tetapi juga mengganggu sistem sirkulasi laut dan atmosfer yang kompleks. Perubahan-perubahan ini dapat memicu cuaca ekstrem yang lebih sering dan lebih intens, seperti gelombang panas, badai, dan kekeringan, di berbagai belahan dunia.
Selama ini, perhatian publik dan para ilmuwan sering tertuju pada peristiwa calving besar yang spektakuler. Namun, ini menunjukkan bahwa kerugian es dalam skala kecil yang terjadi secara terus-menerus justru memberikan kontribusi yang lebih signifikan terhadap hilangnya massa es secara keseluruhan.
"Dengan mengalihkan fokus dari peristiwa calving gunung es yang dramatis ke kerugian kecil yang terus-menerus, para peneliti bertujuan untuk menyoroti kebutuhan mendesak akan pemantauan berkelanjutan dan tindakan global untuk mengurangi dampak ini," pungkas Putol .
Bukan Perubahan Iklim yang Pengaruhi Gunung Es Terbesar di Antartika, Lalu Apa?
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR