Mentega dan lemak babi langka dalam Perang Dunia I. Saat itu, peneliti Jerman menemukan bahwa jenis ragi tertentu juga menghasilkan lipid berminyak.
Pihak berwenang segera mendirikan dua pabrik yang didedikasikan untuk membuat pasta berlemak tinggi. Pasta tersebut digunakan dalam pembuatan roti sebagai pengganti lemak. Juga untuk olesan pada roti sebagai pengganti mentega.
Upaya tersebut menghilang setelah perang berakhir, ketika ada cukup pasokan lagi dari tumbuhan dan hewan, kata Arbter.
Namun, minat terhadap minyak mikroba—yang terbuat dari ragi, serta mikroorganisme lain seperti alga—bangkit kembali. Minat itu muncul sebagai upaya untuk mencari pengganti minyak kelapa sawit yang ramah lingkungan.
“Teknologi ini sebenarnya sudah sangat tua tetapi tidak pernah benar-benar mapan dalam industri. Dan saya selalu bertanya-tanya mengapa. Pasalnya, teknologi ini memiliki potensi besar,” kata Arbter.
Mikroba dapat tumbuh dengan cepat di ruang dalam ruangan yang kompak dan berpendingin udara. Di ruang tersebut, mikrobamenghasilkan minyak dalam jumlah yang berpotensi tinggi.
Mencari pengganti yang cocok
“Sebagai minyak, kelapa sawit sulit dikalahkan,” tambah Ong. Pertama-tama, kelapa sawit merupakan tanaman yang sangat efisien—itulah sebabnya harganya sangat murah dibandingkan dengan minyak lainnya.
Satu hektar kelapa sawit dapat menghasilkan lebih dari 1,35 ton minyak kelapa sawit setiap tahunnya. “Setidaknya enam kali lebih banyak daripada minyak nabati lainnya,” jelas Ong lagi.
Selain itu, kelapa sawit tumbuh subur sepanjang tahun di daerah tropis. Tanaman ini tumbuh di berbagai jenis tanah dan bersifat menahun (bertahan hingga 25 tahun).
Karakter tersebut membuat kelapa sawit lebih produktif daripada tanaman tahunan. Contohnya kacang tanah, kedelai, dan tanaman penghasil minyak lainnya.
Baca Juga: Kelapa Sawit Rakus Air dan Nutrisi, Ancam Kekeringan Irigasi Sawah
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR