Setelah kota itu jatuh ke tangan mereka, Brazen Bull menjadi bagian dari jarahan perang mereka, sebuah simbol kemenangan dan kekuasaan yang mengerikan.
Namun, takdir memiliki rencana yang berbeda untuk Lembu itu. Ketika Republik Romawi yang sedang bangkit meningkatkan pengaruhnya di wilayah tersebut, Kartago dan Roma terlibat dalam serangkaian konflik yang menentukan yang dikenal sebagai Perang Punic.
Selama periode pergolakan ini, Brazen Bull, yang sekarang menjadi piala perang Kartago, akhirnya jatuh ke tangan orang-orang Romawi ketika mereka menaklukkan Kartago pada akhir abad ke-3 SM.
Kisah Lembu berlanjut, meskipun dengan cara yang tidak jelas. Beberapa catatan sejarah menunjukkan bahwa Lembu itu akhirnya dihancurkan, mungkin sebagai bagian dari upaya orang-orang Romawi untuk menghilangkan simbol-simbol kekejaman dan tirani dari wilayah mereka yang baru ditaklukkan.
Namun, klaim ini tetap tidak terbukti, karena tidak ada bukti arkeologis yang ditemukan untuk mendukung penghancuran Lembu tersebut. Nasib akhir Brazen Bull tetap menjadi misteri, hilang dalam koridor waktu.
Meskipun keberadaannya secara fisik mungkin telah berakhir, konsep Brazen Bull terus hidup sepanjang Abad Pertengahan dan periode Awal Modern di Eropa. Pada masa ini, varian baru dari perangkat penyiksaan muncul, yang dikenal dengan sebutan iron maiden.
Alat yang menakutkan ini, yang diduga sebagai lemari besi dengan bagian depan berengsel dan interior yang dilapisi paku tajam, memiliki kemiripan yang mencolok dengan Brazen Bull.
Iron maiden, seperti Lembu, menjadi simbol penyiksaan dan hukuman yang kejam, meskipun penggunaannya yang sebenarnya dalam konteks sejarah tetap menjadi subjek perdebatan dan spekulasi yang sedang berlangsung.
Brazen Bull dan warisan budayanya
Warisan Brazen Bull melampaui batas waktu, meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam budaya populer. Alat ini telah menjadi simbol yang kuat dari kekejaman manusia, sebuah kisah peringatan tentang bahaya kekuasaan yang tidak terkendali dan kesedihan yang dapat ditimbulkannya.
Sepanjang sejarah, Lembu telah dirujuk dalam berbagai bentuk seni, termasuk sastra, film, dan televisi, sering kali digunakan sebagai alat untuk menggambarkan bentuk hukuman atau tirani yang ekstrem.
Baca Juga: Herostratus: Kisah Orang yang Menghancurkan Keajaiban Dunia Kuno
Dalam novel Thomas Harris yang terkenal, Hannibal Rising, karakter tituler, Hannibal Lecter, terlihat menggunakan model miniatur Brazen Bull untuk membalas dendam pada penjahat perang yang bertanggung jawab atas kematian saudara perempuannya. Adegan ini menggambarkan kengerian Lembu dan kemampuannya untuk membangkitkan rasa takut dan teror yang mendalam.
Demikian pula, dalam film Immortals tahun 2011, sebuah perangkat yang sangat mirip dengan Brazen Bull ditampilkan sebagai alat penyiksaan yang digunakan oleh Raja Hyperion yang kejam. Penggambaran ini menggarisbawahi daya tahan Lembu sebagai simbol kekejaman, bahkan di zaman modern.
Brazen Bull, terlepas dari keaslian sejarahnya yang diperdebatkan, terus berfungsi sebagai pengingat yang menghantui tentang kedalaman kekejaman manusia.
Keberadaannya, baik nyata maupun fiktif, merupakan bukti sejauh mana kekuasaan dan kendali dapat merendahkan martabat individu, menggunakan teror sebagai alat untuk mempertahankan otoritas.
Saat kita menjelajahi permadani sejarah manusia yang rumit, seringkali suram, kisah Brazen Bull menggarisbawahi kebutuhan penting akan kemanusiaan, kasih sayang, dan keadilan dalam masyarakat kita.
KOMENTAR