TIK memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif pada jejak lingkungan ini, termasuk dalam hal mencegah pencemaran dan mengurangi emisi gas rumah kaca yang berbahaya bagi iklim.
Besarnya jejak lingkungan kita dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ini termasuk cara kita mengonsumsi produk dan layanan, bagaimana produk-produk tersebut diproduksi, kebutuhan transportasi yang kita gunakan sehari-hari, dan jumlah limbah yang kita hasilkan dari semua aktivitas kita.
Untuk mengatasi masalah ini, muncullah berbagai konsep seperti TIK berkelanjutan (sustainable ICT), komputasi hijau (green computing), atau TIK hijau (green IT). Konsep-konsep ini berakar pada studi tentang praktik terbaik dan pemanfaatan TIK untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan serta memaksimalkan efek positif yang bisa dihasilkan melalui teknologi.
Sebagai bukti pentingnya isu ini, pada KTT Iklim PBB terakhir yang diadakan pada November 2024, perhatian khusus diberikan pada peran digitalisasi dalam upaya dekarbonisasi dan meminimalkan jejak lingkungan.
Salah satu keputusan penting yang kembali diusulkan oleh industri telekomunikasi setelah KTT tersebut, dan saat ini sedang menunggu persetujuan implementasi oleh Uni Eropa (UE), adalah memasukkan jaringan komunikasi elektronik sebagai kategori kegiatan berkelanjutan khusus dalam Taksonomi UE.
"Hal ini akan memungkinkan pengarahan investasi menuju jaringan digital hijau, memastikan bahwa mereka selaras dengan tujuan iklim yang ditetapkan di Eropa dalam European Green Pact," jelas Martín.
Peran bisnis dengan penggunaan TIK
Laporan Digital Economy and Society Index (DESI) dari Uni Eropa secara aktif memantau tingkat digitalisasi bisnis di seluruh negara anggota, sejalan dengan agenda strategis Dekade Digital 2030.
Sebagai bagian dari pemantauan ini, laporan DESI mengumpulkan berbagai indikator kemajuan digital, dan sejak tahun 2021, indikator terkait penggunaan TIK untuk keberlanjutan lingkungan juga telah dimasukkan.
Indikator baru ini secara khusus mengukur bagaimana perusahaan memanfaatkan TIK untuk mendukung tindakan yang lebih ramah lingkungan dalam operasional mereka. Data untuk laporan ini dikumpulkan melalui survei, dan laporan lengkapnya dapat diakses di pusat dokumentasi Eropa.
Analisis dari laporan DESI menunjukkan bahwa lebih dari separuh perusahaan di Uni Eropa telah mengadopsi TIK sebagai alat untuk mengurangi dampak lingkungan mereka. "Jika dikaitkan dengan ukuran perusahaan, motivasi perusahaan besar sedikit lebih tinggi daripada perusahaan kecil," ungkap Martin.
Baca Juga: Sustainability: Lewat Pangan Laut, Indonesia bisa Jadi Lumbung Pangan bagi Miliaran Orang
Menuju Era Baru Pengelolan Kawasan Konservasi Pesisir Pulau-Pulau Kecil di Kepulauan Derawan dan Perairan Sekitarnya
KOMENTAR