Langit Bumi berwarna biru karena molekul-molekul di atmosfer kita, seperti nitrogen dan oksigen, menghamburkan banyak panjang gelombang biru dan violet dari komponen cahaya tampak matahari ke segala arah, termasuk ke mata kita. Namun, di ruang angkasa yang hampa, tidak ada materi yang dapat menghamburkan cahaya.
Cahaya bergerak lurus dari sumbernya ke penerima tanpa hambatan. Karena ruang angkasa memiliki sangat sedikit partikel, hampir tidak ada apa pun di ruang antara bintang dan planet yang dapat menghamburkan cahaya ke mata kita. Dan tanpa cahaya yang mencapai mata, kita melihat warna hitam.
Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa ruang angkasa mungkin tidak sepenuhnya hitam seperti yang kita kira. Sebuah studi tahun 2021 di The Astrophysical Journal mengungkapkan bahwa ruang angkasa mungkin lebih terang dari yang diperkirakan sebelumnya.
Melalui misi New Horizons NASA ke Pluto dan Sabuk Kuiper, para peneliti dapat melihat ruang angkasa tanpa gangguan cahaya dari Bumi atau matahari.
Tim menyaring gambar yang diambil oleh pesawat ruang angkasa dan mengurangi semua cahaya dari bintang-bintang yang dikenal, Bima Sakti dan kemungkinan galaksi, serta cahaya apa pun yang mungkin bocor dari keanehan kamera. Hasilnya, cahaya latar alam semesta yang mereka temukan masih dua kali lebih terang dari yang diperkirakan.
"Alasan tambahan kecerahan ini masih belum diketahui dan akan menjadi fokus penelitian di masa depan. Hingga saat itu, satu hal yang pasti adalah ruang angkasa mungkin lebih 'abu-abu arang' daripada hitam pekat," pungkas Tiffany Means dalam tulisannya di laman Live Science.
KOMENTAR