Melony memaparkan, untuk meningkatkan ketahanan terhadap penyakit udang, penting bagi petambak Indonesia untuk memilih metode pengujian yang sesuai dengan tujuan, memvalidasi informasi yang didapat, serta berkonsultasi dengan pakar terpercaya. Selain itu, tingkatkan biosekuriti dengan memilih supplier indukan dan benur yang secara rutin melakukan pengujian patogen lengkap, serta lakukan analisis kesehatan mikrobioma dan pastikan pengolahan air yang efektif.
Untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar global, Indonesia perlu belajar dari negara produsen udang terkemuka seperti Ekuador.
JALA menyambut Yahira Piedrahita, Executive Director of the National Aquaculture Chamber of Ecuador, dalam diskusi panel yang dimoderatori oleh Gerry Gilang dan mengangkat tema “Menemukan Peluang dalam Kesulitan: Pembelajaran dari Strategi Ekuador untuk Kesuksesan Global.”
Menurut Yahira, Ekuador berfokus pada program peningkatan genetika lokal dan teknologi inovatif untuk mendorong produktivitas udang. Produktivitas ini juga harus diiringi keberlanjutan dan keseimbangan lingkungan, yaitu dengan penggunaan probiotik, saprotam berkualitas, dan manajemen kualitas air. Ia juga menambahkan, “Kolaborasi antara pemerintah dan pemangku kepentingan sangat diperlukan baik untuk meningkatkan produksi maupun konsumsi lokal. Pesan untuk Indonesia, seluruh pihak harus bersama menganalisis semua risiko dan mencari solusi.”
Selain belajar strategi dari Ekuador, Shrimp Outlook 2025 juga membahas pentingnya pakan fungsional untuk mengoptimalkan performa budi daya. Pembahasan ini dibawakan oleh Txomin Azpeitia, Group Technical Manager Grobest dengan tema “Budi Daya Udang yang Sukses: Pendekatan Preventif dengan Memanfaatkan Layanan Teknis dan Aditif Fungsional”.
“Untuk menghadapi tantangan penyakit udang, penting untuk memberikan udang pakan fungsional. Pakan ini mengandung aditif untuk mengoptimalkan kesehatan pencernaan udang dan memperkuat respon imun,” kata Txomin.
Menyongsong masa depan berkelanjutan, meningkatkan kesehatan udang dan memperkuat pasar
Untuk menghadapi lanskap industri udang yang dinamis, pembicara di Shrimp Outlook 2025 juga membagikan wawasan penting terkait deteksi penyakit udang, praktik berkelanjutan, dan tantangan pasar global yang membantu memperkuat masa depan akuakultur.
Dari CeKolam, Lulu Nisrina, Head of R&D Animal Diagnostics dan Sidrotun Naim, Shrimp Health Specialist, membawakan paparan materi “Meningkatkan Kesehatan Udang dengan Deteksi Penyakit Mutakhir”.
“Berdasarkan data deteksi di CeKolam, positivity rate tahun 2024 masih tinggi. Kalau positivity rate masih naik, berarti masalahnya belum terselesaikan,” kata Naim. Lulu menambahkan, “Kunci dari imunitas udang adalah kestabilan mikroba di dalam air budi daya dan saluran pencernaan udang. Tanpa keseimbangan bakteri, udang akan ikut terdampak.”
Memahami keseluruhan budi daya dari awal sampai akhir membantu mengidentifikasi alasan terjadinya ketidakseimbangan. Pemantauan dan pengujian secara proaktif harus dilakukan sebelum gejala muncul, ini bisa dilakukan secara random sampling dari anco.
Budi daya yang aman dan bertanggung jawab juga harus berjalan sesuai regulasi yang berlaku. Haris Muhtadi, Associate Director CJ Feed & Care Indonesia, dalam presentasinya berjudul “Bea Antidumping/Countervailing dan Prospek Pasar: Menghadapi Tantangan dan Peluang dalam Industri Udang”, menekankan pentingnya memperkuat posisi Indonesia di pasar global.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR