Dominasi emisi karbon ini menjadikan CO2 sebagai faktor pendorong utama di balik perubahan iklim dan berbagai permasalahan lingkungan yang kita saksikan di seluruh dunia saat ini.
Secara sederhana, dapat dipahami bahwa emisi karbon ini bekerja dengan memerangkap energi matahari di atmosfer bumi, yang kemudian mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu global secara berkelanjutan.
Dampak yang ditimbulkan oleh emisi karbon ini sangatlah signifikan dan luas. Peningkatan risiko terjadinya berbagai kejadian cuaca ekstrem, seperti banjir, kekeringan, dan badai yang lebih dahsyat, adalah salah satu konsekuensi utamanya.
Selain itu, emisi karbon juga memperburuk masalah kekurangan pangan dan air bersih, mengancam ketersediaan sumber daya vital bagi kehidupan manusia.
Lebih lanjut, kenaikan suhu global, pencairan es di kutub dan pegunungan, serta kenaikan permukaan laut yang diakibatkan oleh emisi karbon ini secara kolektif menciptakan ketidakamanan yang semakin meningkat bagi banyak komunitas di seluruh dunia.
Ironisnya, sebagian besar negara di dunia saat ini menghasilkan emisi karbon dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan kapasitas alam untuk menyerapnya. Kondisi ini menimbulkan ancaman serius terhadap stabilitas iklim global.
Sebagai gambaran, pada tahun 2020, diperkirakan lima negara menjadi penyumbang emisi karbon tertinggi di dunia. Tiongkok tercatat sebagai penghasil emisi terbesar dengan kontribusi mencapai 31% dari total emisi global.
Diikuti oleh Amerika Serikat dengan 14%, India 7%, Rusia 5%, dan Jepang 3%. Data ini menunjukkan bahwa sejumlah kecil negara memiliki peran yang sangat besar dalam masalah emisi karbon global.
Bhutan malah sebaliknya
Di tengah tantangan global ini, Bhutan muncul sebagai contoh yang unik dan inspiratif. Negara kecil yang terletak di Himalaya ini berhasil mencapai status sebagai negara dengan emisi karbon negatif.
Bagaimana Bhutan dapat mencapai prestasi luar biasa ini? Jawabannya terletak pada komitmen kuat terhadap konservasi lingkungan yang telah menjadi bagian integral dari identitas dan kebijakan negara mereka.
Baca Juga: Proyek Offset Karbon Tanah Terbesar di Dunia Ternyata Ilegal, Kok Bisa?
KOMENTAR