Baik antara VOC maupun Inggris sebenarnya telah terikat perjanjian pada tahun 1619 untuk membagi dua pertiga dari perdagangan rempah-rempah, tapi Inggris telah bersepakat dengan Banda, bahwa Banda sepenuhnya tunduk pada Inggris.
Jan Pieterszoon Coen yang mengetahui hal itu menjadi geram. Ia pun berkata: "sudah saatnya untuk bertindak!"
Pada tanggal 27 Februari 1621, armada VOC di bawah komando Coen tiba di Pulau Banda. Coen ingin mencegah Inggris mendirikan pos perdagangan di Lonthor. Coen juga memerintahkan kepada orang kaya Banda untuk menolak tunduk pada Inggris.
Menariknya, orang-orang kaya menolak permintaan Coen, hingga menimbulkan seteru hebat antara orang-orang Banda dengan VOC. Orang-orang tak beda, mereka tetap berani menghadapi VOC.
Lonthor yang menjadi pos perdagagan Inggris dan berupaya dihancurkan Belanda, berhasil terlindungi. Orang-orang Banda mengarahkan pertempuran ke bukit yang curam sehingga VOC kewalahan.
Coen membawa selusin kapal bersenjata, membawa 1.500 tentara, 155 prajurit dari Ambon dan 286 tawanan Jawa. Sebaliknya, suku Banda diperkirakan memiliki 4.000 orang bersenjata dari perkiraan jumlah populasi 15.000 jiwa.
Dengan pasukan besar, VOC berupaya mendarat pada tanggal 6 Maret 1621 di Lonthor. Penduduk Banda yang mengetahui pendaratan itu mulai menembaki kapal utama VOC dengan meriam pemberian Inggris. Pendaratan VOC pun batal.
Di antara barisan Banda yang pro terhadap Inggris, seorang pembelot muncul ke tengah-tengah pasukan VOC. Ia membongkar celah kepada para prajurit untuk memanjat tebing guna melewati pertahanan Lonthor.
Setelah mengetahui celah itu, pada tanggal 11 Maret 1621, pasukan VOC telah berhasil masuk dan menghancurkan pertahanan Lonthor. Dalam kondisi terdesak, banyak di antara orang Banda memilih tunduk pada VOC.
Coen meminta para tawanan untuk menyerahkan seluruh persenjataan kepada VOC. Setelah benar-benar menguasai Lonthor, VOC akhirnya membangun benteng Hollandia di sana.
Beberapa orang Banda yang sudah berdamai dengan VOC belum kunjung juga menyerahkan persenjataan mereka. Hal ini yang kemudian mendorong Coen untuk bertindak agresif.
Source | : | Historiek |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR