Para ahli mengidentifikasi nematoda yang baru dipelajari itu sebagai Panagrolaimus kolymaensis, spesies yang sebelumnya tidak dijelaskan dalam literatur ilmiah. Spesies baru dalam sains.
Dikutip dari Earth.com, penanggalan radiokarbon menunjukkan bahwa sampel itu berusia puluhan ribu tahun. Hal ini menunjukkan bahwa cacing tersebut menghabiskan sebagian besar keberadaannya dalam keadaan mati suri di bawah sedimen beku.
Cacing itu ditemukan pada kedalaman sekitar 37 meter. Posisi ini membantunya tetap terlindungi dalam suhu dingin yang ekstrem, dan memberinya kesempatan untuk dibangkitkan kembali di laboratorium modern, tempat ia melanjutkan aktivitas normal dan bahkan menghasilkan keturunan.
Strategi bertahan hidup yang unik
Menurut para peneliti, nematoda jenis ini biasanya hanya hidup selama satu atau dua bulan. Namun cacing yang bangkit kembali di laboratorium bertahan hidup lebih lama dari waktu tersebut dengan memanfaatkan kekuatan kriptobiotik yang masih dalam penyelidikan.
Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan. Namun beberapa data yang telah terungkap telah dituangkan dalam laporan hasil penelitian ini, yang terbit di jurnal PLOS Genetics.
Menurut para peneliti dalam studi tersebut, molekul khusus dapat menstabilkan sel-sel pada cacing ini, menjaganya tetap utuh meskipun mengalami kekeringan ekstrem atau perubahan suhu. Molekul serupa telah ditemukan pada organisme lain yang diketahui dapat bertahan hidup dari dehidrasi dan pembekuan.
"Tidak seorang pun mengira bahwa proses ini dapat berlangsung selama ribuan tahun, 40.000 tahun, atau bahkan lebih lama. Sungguh menakjubkan bahwa kehidupan dapat dimulai lagi setelah sekian lama, dalam keadaan antara hidup dan mati," kata Schiffer.
Genetika cacing beku
Para ahli menggunakan pengurutan genom untuk memastikan bahwa cacing ini adalah sesuatu yang berbeda. Garis keturunannya tampaknya memiliki bagian yang sama dari perangkat genetik untuk kriptobiosis dengan Caenorhabditis elegans, spesies nematoda yang umum digunakan dalam penelitian laboratorium.
Stasis atau kondisi penghentian aliran darah serupa telah diamati pada tardigrada, yang sering disebut beruang air. Sebuah studi NASA tahun 2017 mencatat kapasitas tardigrada untuk bertahan dalam kondisi luar angkasa yang keras, yang menunjukkan bahwa makhluk kecil ini memiliki sistem pertahanan terhadap radiasi ekstrem dan perubahan suhu yang parah.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR