Ketika sebuah objek berada 'terlalu dekat', objek tersebut akan mulai mengalami gaya pasang surut. Di Bumi, lautan mengalami pasang surut yang disebabkan oleh tarikan gravitasi Bulan yang menarik Bumi dan airnya. Jadi, gaya pasang surut mengacu pada distorsi satu objek oleh objek lain karena perbedaan tarikan gravitasi di sisi dekat dan jauh suatu objek.
Karena kepadatan lubang hitam yang ekstrem, objek di sekitarnya akan mengalami gravitasi ekstrem dan karenanya gaya pasang surut ekstrem yang bahkan dapat menarik objek tersebut hingga terpisah.
Efek lubang hitam terus meningkat saat objek mendekati cakrawala peristiwa lubang hitam. Ini adalah titik yang tidak bisa kembali, atau batas yang mengelilingi lubang hitam di mana tidak ada apa pun, bahkan cahaya, dapat lolos.
Untuk objek apa pun yang jatuh ke dalam lubang hitam, bagian yang lebih dekat ke lubang hitam akan merasakan tarikan gravitasi yang lebih kuat daripada bagian yang lebih jauh dari lubang hitam.
Perbedaan tarikan gravitasi ini meningkat saat objek semakin dekat ke cakrawala peristiwa. Perbedaan tarikan gravitasi tidak unik untuk lubang hitam, tetapi kepadatannya yang ekstrem menciptakan efek yang ekstrem.
Efek ini pada dasarnya meregangkan objek lebih dan lebih lagi saat objek semakin dekat ke lubang hitam, menciptakan bentuk yang panjang dan tipis.
Proses ini dikenal sebagai spaghettification, yang pertama kali dijelaskan oleh fisikawan teoretis Stephen Hawking dalam bukunya A Brief History of Time.
Dalam buku tersebut, Hawking menggambarkan perjalanan astronot fiktif ke cakrawala peristiwa lubang hitam. Dalam deskripsi, Hawking merinci bagaimana astronot tersebut melintasi cakrawala peristiwa dan 'teregang seperti spageti', sehingga fenomena tersebut dinamakan demikian.
Para astronom juga berteori bahwa bintang-bintang dapat terlihat seperti terjepit seperti tabung pasta gigi saat teregang oleh gravitasi lubang hitam.
Namun lubang hitam tidak hanya mengubah benda menjadi spageti. Sama seperti gravitasi yang dekat dengan lubang hitam dapat merenggangkan benda, gravitasi juga dapat meratakan benda seperti panekuk.
Ini adalah fenomena yang dikenal sebagai 'ledakan panekuk' yang terutama terjadi pada lubang hitam supermasif. Dalam fenomena ini, bintang yang terlalu dekat dengan lubang hitam ini akan diratakan dan dikompresi oleh gaya pasang surut. Distorsi 'panekuk' yang berlangsung singkat ini diikuti oleh pelepasan energi termonuklir yang eksplosif.
Baca Juga: Nestapa Tawanan Inggris dalam Insiden Lubang Hitam di Kalkuta
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR