“Ungkapan api abadi menyesatkan karena geologi memberi tahu kita bahwa tidak ada yang abadi di Bumi,” kata Schimmelmann.
Beberapa api abadi mungkin dapat dipadamkan oleh hujan. Namun tergantung pada intensitas rembesan gas dan kondisi tanah, api dapat menyala kembali secara otomatis.
Di Chestnut Ridge, percikan air ke teluk dapat memadamkan api. “Saya sendiri melakukannya beberapa kali ketika saya akan mengambil sampel gas untuk analisis geokimia,” kata Schimmelmann. “Selalu menjadi tantangan untuk menyalakan kembali api tanpa disiram oleh air terjun yang mengalir deras.”
Ia mencatat bahwa ia selalu berhasil menyalakan kembali api sebelum pergi.
Pada akhirnya, api ini akan hilang karena erosi alami saat air terjun surut. Kehilangan tempat berlindung di ceruknya akan menyebabkan api padam secara berkala. “Meski aliran gas mungkin terus berlanjut,” katanya.
Dampak lingkungan
Rembesan hidrokarbon geologis—termasuk api abadi—merupakan sumber alami gas rumah kaca. Seperti metana, dan polutan fotokimia seperti etana dan propana.
Api Chestnut Ridge melepaskan sekitar satu kilogram metana setiap hari.
Jumlah api abadi sangat sedikit sehingga dampak lingkungannya dapat diabaikan dibandingkan dengan ribuan rembesan gas secara global. Emisi keduanya sangat kecil dibandingkan dengan emisi industri.
Pengeboran gas dapat mematikan api abadi di dekatnya dengan menurunkan tekanan reservoir gas yang menjadi bahan bakarnya.
Api abadi Chestnut Ridge adalah peninggalan langka yang ada saat ini hanya. “Pasalnya, belum ada pengeboran yang dilakukan di wilayah tersebut,” jelas Schimmelmann.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR