Para ilmuwan segera menghubungkan kemungkinan penyebabnya dengan tanah longsor di fjord. Untuk memahami bagaimana tanah longsor tersebut menghasilkan sinyal, para ilmuwan menggabungkan pengukuran lapangan, citra satelit, dan model superkomputer untuk merekonstruksi apa yang terjadi.
Investigasi mereka mengungkapkan bahwa tanah longsor besar kemungkinan besar menyebabkan gelombang tsunami berguncang maju mundur melintasi fjord sempit. Fenomena ini dikenal sebagai seiche.
Salah satu penulis studi Alice Gabriel, seorang seismolog di University of California, San Diego, mengatakan, "Itu merupakan tantangan besar untuk melakukan simulasi komputer yang akurat terhadap tsunami yang berlangsung lama dan dahsyat seperti itu."
Para peneliti mengatakan longsor yang menyebabkan tsunami raksasa itu adalah akibat dari perubahan iklim.
Perubahan iklim mencairkan es di sekitar kutub dengan semakin cepat. Dalam kasus fjord, longsor itu menggeser 33 juta yard kubik (25 juta meter kubik) batu dan es (kira-kira setara dengan 10.000 kolam renang ukuran Olimpiade) dan melemparkannya ke laut.
Tidak ada yang terluka akibat keruntuhan itu, tetapi gelombang itu menghancurkan infrastruktur senilai $200.000 di stasiun penelitian yang tidak berpenghuni di dekat Pulau Ella, Greenland Timur Laut.
Para peneliti mengatakan bahwa dampak perubahan iklim yang semakin buruk dapat menyebabkan tanah longsor yang lebih merusak di sekitar wilayah kutub.
"Perubahan iklim mengubah apa yang biasa terjadi di Bumi, dan dapat memicu kejadian-kejadian yang tidak biasa," kata Gabriel.
Baca Juga: Pesan Film-Film Bergenre Bencana Gempa dari Pompeii sampai Selat Sunda
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News: https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR