Nationalgeographic.co.id—Para ilmuwan multidisiplin Tiongkok mengungkap dua spesies baru dinosaurus kecil berbulu halus yang ditemukan di Lingyuan, Provinsi Liaoning, sisi timur laut negeri itu.
Fosil itu ditemukan 20 tahun silam, namun para ilmuwan baru menganalisis dan memberi nama kedua spesies sebagai Sinosauropteryx lingyuanensis dan Huadanosaurus sinensis. Kajian temuan itu diterbitkan dalam jurnal National Science Review pada Februari 2025.
Tentu keberadaan bulu pada dinosaurus memberikan keuntungan tersendiri, bahkan dapat menyelamatkan dinosaurus berburu tersebut dari kepunahan.
Perlu diingat bahwa tidak semua dinosaurus berbulu. Sebagian besar dinosaurus berbulu adalah theropoda, kategori luas yang mencakup raptor, tyrannosaurus, ornithomimid, dan "dino-birds," serta dinosaurus paling awal seperti Eoraptor dan Herrerasaurus, dilansir dari ThoughtCo.
Pun tidak semua theropoda berbulu. Allosaurus dari akhir periode Jurassic memiliki kulit bersisik, seperti halnya theropoda besar lainnya seperti Spinosaurus dan Tyrannosaurus Rex (meskipun semakin banyak ahli paleontologi percaya bahwa anakan dan remaja dinosaurus ini mungkin memiliki jambul).
Bulu untuk melindungi diri
Dilansir dari China Daily, sebuah tim peneliti internasional telah memastikan bahwa dinosaurus dilahirkan dengan bulu, yang membantu mereka melindungi diri dari hawa dingin dan bertahan hidup dari kepunahan massal sekitar 200 juta tahun lalu.
Dinosaurus yang terinsulasi (memiliki lapisan pelindung) beradaptasi dengan baik terhadap periode aktivitas vulkanik dan penurunan suhu. Mereka dengan cepat menguasai wilayah yang sebelumnya didominasi oleh reptil besar yang tidak terinsulasi, menurut sebuah makalah studi yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa tidak ada gletser di Bumi dari akhir periode Trias (sekitar 230 juta hingga 200 juta tahun lalu) hingga awal periode Jura, dan hutan menutupi planet ini pada saat itu.
Tim gabungan ilmuwan Tiongkok dan Amerika dari Institut Geologi dan Paleontologi Nanjing, Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, dan Universitas Columbia menemukan banyak sekali puing-puing es danau yang terbawa arus di Cekungan Junggar di Daerah Otonomi Uygur Xinjiang, Tiongkok Barat Laut.
Puing-puing yang berasal dari lapisan batuan periode Trias akhir dan periode Jura awal menunjukkan bahwa pembekuan musiman terjadi di kutub, meskipun tidak ada gletser.
Baca Juga: Tahi Dinosaurus: Seonggok Rahasia Besar Gambaran Kehidupan Purba
Mereka juga menemukan fosil jejak kaki dinosaurus yang terpelihara dengan baik di cekungan tersebut, yang menunjukkan bahwa dinosaurus hidup di daerah kutub sejak akhir periode Trias (Triassic) hingga awal periode Jura (Jurassic) dan telah beradaptasi dengan suhu musiman yang sangat dingin.
"Kami menyimpulkan melalui analisis braket filogenetik bahwa dinosaurus pada awalnya terlahir dengan bulu, bukan untuk terbang, tetapi kemungkinan besar untuk insulasi," kata Sha Jingeng, seorang peneliti di Institut Geologi dan Paleontologi Nanjing.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa bulu, atau protofeather, merupakan lapisan penutup tubuh berbentuk seperti serat, yang memungkinkan dinosaurus mengakses tumbuhan Arktik yang berdaun lebat dan hijau sepanjang tahun, bahkan dalam kondisi musim dingin yang membeku.
Tim peneliti meyakini bahwa musim dingin akibat letusan gunung berapi menyebabkan kepunahan massal di akhir periode Trias. Abu vulkanik dan aerosol yang dihasilkan oleh letusan gunung berapi besar menghalangi sinar matahari dan meningkatkan pantulan radiasi matahari, yang menyebabkan penurunan suhu global di daratan.
Menurut penelitian tersebut, musim dingin akibat letusan gunung berapi, yang berlangsung selama bertahun-tahun, memusnahkan semua reptil benua berukuran sedang hingga besar yang tidak memiliki pelindung tubuh, dan hanya menyisakan dinosaurus berbulu untuk bertahan hidup.
"Dinosaurus mengalami ekspansi cepat dalam ukuran dan jangkauan distribusinya, hampir menggandakan jumlah populasi mereka, pada periode Jurassic. Sejak saat itu, makhluk ini mulai mendominasi daratan yang akan bertahan sekitar 130 juta tahun," kata Sha.
Fungsi lain bulu pada dinosaurus
Selain untuk melindungi diri, bulu pada dinosaurus juga dapat memiliki fungsi yang berbeda antara jenis yang satu dengan lainnya.
Misalnya saja pada Psittacosaurus. Bulu-bulu dinosaurus ini memiliki struktur yang mirip dengan bulu-bulu proto lainnya, dan bulu-bulu tersebut hanya menutupi sebagian ekor dinosaurus, seperti dilansir dari Smithsonian magazine.
Fakta bahwa bulu-bulu tersebut hanya terdapat di sebagian tubuh dinosaurus dan sangat panjang menunjukkan bahwa bulu-bulu tersebut berevolusi untuk membantu Psittacosaurus mengidentifikasi dan berkomunikasi satu sama lain.
Pada Struthiomimus, ahli paleontologi menemukan bahwa bulu-bulu pada lengan Struthiomimus tampak kurang lebih mirip dengan bulu yang ada di lengan burung unta.
Baca Juga: Lima Dinosaurus Paling Aneh yang Pernah Ada, Ilmuwan Sekalipun Sampai Mengernyitkan Dahi
Burung unta menggunakan bulunya yang panjang dan rumit dalam atraksi untuk menarik pasangan, dan Struthiomimus mungkin menggunakan lengannya yang berbulu dengan cara yang sama.
Mikroraptor memiliki bulu panjang dan khusus yang tumbuh dari kaki belakangnya serta lengannya. Reptil tersebut dengan cepat dikenal sebagai "dinosaurus bersayap empat", dan para ahli bertanya-tanya apa arti susunan itu bagi evolusi penerbangan.
Microraptor hidup sekitar 125 juta tahun yang lalu, jauh setelah asal usul burung-burung pertama di zaman Jura. Meskipun demikian, anatomi dinosaurus ditandai oleh serangkaian ciri aerodinamis. Bagaimana tepatnya Microraptor terbang tidak sepenuhnya jelas, tetapi dinosaurus non-unggas tersebut menunjukkan cara yang berbeda untuk terbang dan menunjukkan bahwa lebih dari satu garis keturunan dinosaurus berbulu berevolusi untuk terbang di udara.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR