Nationalgeographic.co.id—Selama ini, mamalia purba sering dianggap sebagai makhluk kecil bermata tajam yang hanya hidup dalam bayang-bayang dinosaurus raksasa pada era Mesozoikum.
Namun, sebuah fosil yang luar biasa terawetkan dari timur laut Tiongkok menunjukkan bahwa sesekali, mamalia pun bisa melawan.
Fosil ini terdiri dari dua kerangka yang nyaris utuh dan telah terjalin satu sama lain selama sekitar 125 juta tahun.
Kerangka yang lebih besar milik seekor Psittacosaurus—dinosaurus pemakan tumbuhan seukuran anjing. Di atasnya terdapat kerangka Repenomamus robustus, mamalia pemakan daging yang kira-kira sebesar musang.
“Mamalia itu mencengkeram rahang bawah dinosaurus, menekannya ke tanah, dan menggigit rusuknya,” jelas Jordan Mallon, paleobiolog dari Canadian Museum of Nature sekaligus salah satu penulis studi yang diterbitkan di jurnal Scientific Reports.
“Saya masih ingat saat pertama kali melihatnya,” kata Mallon. “Saya sampai melongo dan mata saya membelalak—karena fosilnya benar-benar luar biasa.”
Fosil ini ditemukan di batuan yang dikenal sebagai Lujiatun Member dari Formasi Yixian Kretaseus Bawah—yang oleh sebagian ilmuwan dijuluki “Pompeii Dinosaurus dari Tiongkok” karena tingginya aktivitas vulkanik di wilayah tersebut pada masa itu.
Letusan gunung berapi menghasilkan timbunan abu tebal, dan hujan musiman menyebabkan longsor lumpur yang datang secara tiba-tiba.
“Longsor itu seperti datang entah dari mana,” kata Mallon, yang pernah mengalami kondisi serupa saat kerja lapangan di Alberta, Kanada. “Limpasan lumpur vulkanik ini secara rutin menyapu bersih kehidupan di lingkungan sekitar—termasuk dua hewan yang kami temukan ini.”
Dinosaurus dan mamalia tersebut terkubur secara instan oleh abu dan lumpur, mengawetkan dengan sangat detail adegan pertarungan hidup dan mati di antara mereka.
“Saya belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya,” kata Stephen Brusatte, ahli paleontologi vertebrata dari University of Edinburgh dan penulis The Rise and Reign of the Mammals.
“Melestarikan bagian tubuh hewan selama 125 juta tahun saja sudah sulit,” lanjut Brusatte, yang tidak terlibat dalam studi ini. “Tapi mengawetkan dua hewan yang sedang bertarung, itu seperti sebuah keajaiban.”
Baca Juga: Stegosaurus Dijuluki 'Dinosaurus Terbodoh', Bagian Tubuh Ini yang jadi Biang Keladinya
Mamalia vs Dinosaurus: Anatomi Sebuah Serangan
Meskipun para ahli sejak awal menduga bahwa fosil ini memperlihatkan mamalia yang menyerang dinosaurus, mereka tetap ingin memastikannya secara ilmiah.
“Semua tanda mengarah pada peristiwa pemangsaan,” kata Mallon. “Tapi kami tidak mau langsung berasumsi begitu saja. Kami ini ilmuwan, kan?”
Bisa saja fosil ini menggambarkan mamalia yang sedang mengais bangkai dinosaurus yang baru mati. Untuk menyingkirkan kemungkinan tersebut, para peneliti mengajukan tiga bukti utama.
Pertama, tulang Psittacosaurus tidak menunjukkan tanda-tanda goresan atau gigitan. “Mamalia masa kini, saat mengais bangkai—misalnya di padang savana Serengeti—biasanya meninggalkan bekas gigitan pada tulang,” jelas Mallon. “Tapi pada fosil ini, tak ada satu pun bekas gigitan yang ditemukan.”
Kedua, posisi Repenomamus berada di atas tubuh dinosaurus, seolah-olah sedang menindih dan berusaha menaklukkannya. Menurut para peneliti, posisi ini jauh lebih masuk akal untuk mamalia yang sedang memangsa, bukan mengais bangkai.
“Dan yang paling meyakinkan bagi saya,” tambah Mallon, “adalah posisi kaki belakang mamalia yang terjebak di dalam lipatan kaki belakang dinosaurus.
Ini hanya bisa terjadi jika dinosaurus tersebut ambruk menimpa mamalia—yang artinya dinosaurus itu masih hidup saat kejadian.”
Brusatte pun sepakat dengan kesimpulan para penulis studi. “Kedua hewan itu saling terjerat. Si pemakan daging menancapkan gigi dan cakarnya ke tubuh si pemakan tumbuhan. Maksud saya, mereka jelas tidak sedang berpelukan atau berdansa. Apa lagi kalau bukan sedang bertarung?” ujarnya.
Meninjau Ulang Peran Mamalia di Era Mesozoikum
Meski terdengar tidak masuk akal bahwa seekor mamalia seberat enam pon (sekitar 2,7 kilogram) berani menyerang dinosaurus yang tiga kali lebih besar, kenyataannya tidak seaneh itu.
“Karnivora modern pun bisa berhasil memburu mangsa yang jauh lebih besar dari mereka secara individu,” kata Nuria Melisa Morales Garcia, ahli paleontologi vertebrata dari University of Bristol, Inggris.
Sebagai contoh, musang diketahui mampu menaklukkan mangsa hingga 10 kali ukuran tubuhnya. Bahkan, wolverine kadang berburu hewan sebesar rusa besar (moose) dan karibu.
“Kita memang tidak tahu pasti apakah Repenomamus ini akan berhasil membunuh dinosaurus jika bukan karena aliran vulkanik yang mengakhiri hidup mereka. Kita juga belum tahu apakah perilaku memangsa Psittacosaurus dewasa ini lazim bagi Repenomamus,” jelas Morales Garcia, yang tidak terlibat dalam studi terbaru ini. “Namun, bukti bahwa keduanya terlibat dalam perkelahian sangatlah kuat.”
Ini pun bukan pertama kalinya kedua spesies tersebut ditemukan dalam satu fosil. Sebuah studi pada 2005 yang diterbitkan di jurnal Nature melaporkan fosil Repenomamus dengan anak Psittacosaurus di dalam perutnya.
“Pemahaman kita tentang mamalia di era Mesozoikum sudah berubah drastis dalam beberapa dekade terakhir,” kata Morales Garcia. “Ada banyak studi yang menunjukkan bahwa mamalia sudah berkembang pesat kala itu. Mereka berenang, meluncur di udara, memanjat pohon—dan mereka juga memangsa dinosaurus!”
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR