Nationalgeographic.co.id—Tyrannosaurus rex! Nama itu sendiri membangkitkan gambaran predator purba yang tak terbantahkan, sang raja dinosaurus yang sesungguhnya.
Dengan panjang mencapai lebih dari 12 meter, beratnya melebihi sembilan ton, dan kekuatan gigitan dahsyat yang tercatat lebih dari 5.400 kilogram, tidak mengherankan jika karnivora ikonik ini telah memukau kita sejak tulang-belulangnya pertama kali dipamerkan lebih dari satu abad silam.
Namun, kisah T. rex jauh lebih kompleks dan menarik daripada sekadar kerangka dewasa yang mengagumkan. Rahasia pertumbuhannya yang dramatis ternyata memegang kunci untuk memecahkan teka-teki paleontologi yang telah memicu kontroversi selama tiga dekade terakhir.
Asal Usul Kontroversi Nanotyrannus
Misteri ini berakar dari penemuan di timur Montana, yang terbentang selama enam dekade. Pada tahun 1942, seperti dilansir laman Smithsonian Magazine, sebuah tengkorak tyrannosaurus berukuran kecil berhasil ditemukan.
Fosil yang menarik ini kemudian disimpan di koleksi Cleveland Museum of Natural History selama empat dekade, seolah menunggu momennya. Momen itu tiba pada tahun 1988 ketika paleontolog Robert Bakker dan timnya membuat pengumuman yang mengejutkan dunia ilmiah.
Berdasarkan tengkorak Cleveland—sebagaimana fosil itu dijuluki—mereka mengusulkan adanya genus tyrannosaurus baru yang bertubuh jauh lebih kecil.
Dinosaurus ini, yang mereka namai Nanotyrannus (secara harfiah berarti "tiran kerdil"), diyakini hidup berdampingan di habitat yang sama dengan T. rex yang lebih besar dan kokoh. Ukurannya yang mungil membuatnya dijuluki "teror kecil," kontras dengan "raja tiran" yang perkasa.
Namun, hipotesis tentang keberadaan Nanotyrannus sebagai spesies terpisah segera menuai perdebatan sengit di kalangan paleontolog. Salah satu skeptis terkemuka adalah Thomas Carr dari Carthage College.
Pada tahun 1999, Carr mengajukan argumen tandingan yang berani: bahwa tengkorak Cleveland itu sebenarnya hanyalah individu Tyrannosaurus rex pada usia remaja.
Pandangan ini tidak hanya menolak gagasan Nanotyrannus sebagai genus yang berbeda, tetapi juga membuka jendela baru untuk memahami bagaimana rupa "raja tiran" ini saat masih muda, kurus, dan barangkali sedikit canggung.
Baca Juga: 3 Dekade Kita 'Dikelabui' Jurassic Park, Ternyata Seperti Ini Suara Asli Dinosaurus
KOMENTAR