Nationalgeographic.co.id—Jenazah Paus Fransiskus dibalut dengan jubah liturgi suci dan ditempatkan dalam peti jenazah kayu terbuka. Peti jenazahnya kemudian disemayamkan di Basilika Santo Petrus. 250.000 umat beriman dari seluruh dunia berbondong-bondong ke Kota Vatikan untuk memberikan penghormatan terakhir bagi sang Paus.
Paus Fransiskus meninggal pada hari Senin Paskah, dalam usia 88 tahun. Ia telah memulihkan diri di apartemennya setelah dirawat di rumah sakit selama 5 minggu karena pneumonia.
Vatikan merilis foto-foto Paus Fransiskus yang memperlihatkan peti jenazahnya diletakkan di kapel Casa Santa Marta. Di Casa Santa Marta, Paus Fransiskus tinggal selama 12 tahun masa kepausannya.
Mengenakan jubah berwarna merah
Garda Swiss berdiri tegap di kedua sisi peti jenazah sambil menunggu pemindahan ke Basilika Santo Petrus. “Di Basilika Santo Petrus, Paus disemayamkan selama 3 hari,” tulis Natasha Anderson di laman Daily Mail.
Paus Fransiskus mengenakan jubah berwarna merah. Menurut Monsinyur Roger Landry dari Pontifical Mission Societies dalam wawancara oleh EWTN, warna merah merupakan warna resmi kepausan.
“Warna merah juga melambangkan cinta, gairah, dan darah Kristus. Secara tradisional, warna merah dikenakan pada Minggu Palma, Jumat Agung, Hari Raya Salib, dan Pentakosta,” tambah Anderson.
Pallium dililitkan di tubuh Paus Fransiskus
Pallium, stola putih dengan enam salib hitam, dililitkan di sekujur tubuhnya. Pakaian ini biasanya dikenakan di bahu pastor saat mereka memegang monstrans - wadah emas suci yang digunakan untuk memajang Ekaristi - selama misa.
Sesuai dengan tradisi Vatikan, pallium dibuat dari wol dari dua domba yang dirawat oleh para biarawan Biara Tre Fontane. Pallium tersebut ditenun oleh para biarawati Basilika Santa Cecilia di Trastevere. Kedua biara tersebut terletak di Roma.
Paus Fransiskus dimakamkan dengan mengenakan mitra putih di kepalanya. Penutup kepala itu melambangkan kesucian, martabat, otoritas, dan kemegahan Paus. Hiasan kepala yang kaku dan terdiri dari dua bagian itu dihiasi dengan hiasan emas.
Baca Juga: Salus Populi Romani, Siapa Pelindung Roma yang Menemani Perjalanan Paus Fransiskus?
Rosario juga diletakkan di tangannya, sebagai penghormatan atas pengabdian Paus Fransiskus yang terkenal kepada Bunda Maria.
Jari manis kanannya dilengkapi dengan cincin perak yang dikenakan Paus Fransiskus sejak ia menjabat sebagai uskup Buenos Aires. Seperti tradisi, Cincin Nelayan kepausannya dihancurkan setelah kematiannya dikonfirmasi oleh kardinal camerlengo.
Misa pemakaman Paus diadakan pada hari Sabtu di Lapangan Santo Petrus. Selain dihadiri oleh pemimpin negara-negara, misa juga dihadiri oleh ribuan peziarah.
Apa saja yang dimasukkan ke dalam peti jenazah Paus Fransiskus?
Dilansir dari laman Vatican News, peti jenazah mendiang Paus Fransiskus disegel dalam sebuah ritual di Basilika Santo Petrus pada Jumat malam. Penyegelan itu dilakukan setelah sekitar 250.000 peziarah memberikan penghormatan terakhir kepada Paus kelahiran Argentina tersebut.
Sesuai tradisi, pallium, koin, dan medali Paus yang dicetak selama masa kepausannya, serta rogito atau akta yang merangkum kehidupan dan kepausannya, juga ditempatkan di dalam peti jenazah.
Menjelang Misa Requiem, Kantor Pers Takhta Suci menerbitkan teks lengkap rogito tersebut. Rogito ditulis dalam bahasa Latin dan disegel di dalam silinder logam.
Tidak mengikuti tradisi
Paus Fransiskus menegaskan dalam surat wasiat terakhirnya bahwa ia ingin dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore. Basilika tersebut terletak jauh dari Basilika Santo Petrus di Vatikan, tempat banyak pendahulunya dimakamkan.
Ia meminta untuk dimakamkan 'di tanah, sederhana, tanpa hiasan khusus' di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma. Satu-satunya tulisan di makamnya adalah nama kepausannya dalam bahasa Latin: Franciscus.
Perjalanan "terakhir" Paus Fransiskus dilakukan dari Basilika Santo Petrus di Vatikan ke Basilika Santa Maria Maggiore di Roma. Seperti semasa Paus masih hidup, para umatnya menunggu dan menyambutnya di sepanjang perjalanan. Kini, mereka melepas sang Gembala ke tempat peristirahatan terakhirnya, di sisi Salus Populi Romani yang sangat dicintainya.
Selamat jalan, Santo Padre!
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Daily Mail |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR