Karena lokasi penggalian cukup mudah diakses—hanya sehari perjalanan dari Los Angeles—tim museum memanfaatkannya sebagai kesempatan edukatif, mengajak relawan, donatur, dan mahasiswa terlibat langsung dalam pekerjaan keras memahat dan menggali.
Suatu malam saat hendak makan malam, mereka menghitung jumlah orang di kamp dan sadar bahwa sudah ada 50 orang yang ikut serta. Bagi beberapa peserta, ini adalah kali pertama mereka tidur di tenda.
Namun melimpahnya temuan justru membuat pekerjaan makin rumit. “Seperti bermain pick-up sticks dengan tulang dinosaurus,” kata paleontolog NHMLAC, Alyssa Bell. “Semuanya saling bertumpuk dan terkunci satu sama lain.”
Proses penggalian mencakup menggali parit di sekitar blok batu tempat fosil berada dan menyisakan penyangga sementara di bawahnya. Fosil kemudian dibungkus dengan lapisan kain goni dan plester untuk melindunginya.
Awalnya, mereka menjaga agar bobot “jaket” pelindung itu tetap ringan agar bisa diangkat manual. Tapi tak lama kemudian, mereka berhadapan dengan fosil-fosil yang perlu jaket seberat lebih dari satu ton dan harus diangkat dengan alat berat.
Saat tiba waktunya mengangkat fosil panggul raksasa, “kami pakai tali di kedua sisi, tim orang menggoyangnya ke kiri dan kanan,” kata Stephanie Abramowicz, ilustrator museum yang ikut dalam penggalian.
Ketika fosil itu berhasil diangkat, terdengar gelegar petir. “Seakan Gnatalie berbicara pada kami—akhirnya bebas dari tanah dan siap hidup dalam bentuk baru,” ujar Abramowicz.
Langkah 2: Menyiapkan Tulang
Setelah dikeluarkan dari lokasi penggalian, tulang-tulang Gnatalie dikirim ke laboratorium preparasi milik Natural History Museum of Los Angeles County di Los Angeles. Di sinilah pekerjaan rumit dimulai. Menurut Doug Goodreau, kepala lab preparasi, fosil-fosil ini sangat menantang karena material batu yang menyelubunginya sekeras semen.
Baca Juga: Bukan T.rex, Terungkap Siapa Sebenarnya Dinosaurus Tercepat
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR