Namun, kemenangan ini tampaknya dibayar mahal. Meski prasasti resmi hanya mencatat kejayaan di laut, banyak sejarawan menduga bahwa pertempuran darat menelan korban besar di pihak Mesir. Akibatnya, tenaga kerja di ladang menurun, panen menyusut, pedagang berkurang, dan sektor-sektor penting lain yang mendukung ekonomi ikut terpukul.
Meski begitu, Ramses III memanfaatkan kemenangannya untuk memulihkan stabilitas negeri. Ia melakukan perjalanan keliling dari selatan ke utara Mesir untuk merenovasi kuil dan monumen sebagai bentuk pemulihan ma’at—keseimbangan kosmis dan ketertiban sosial. Ia juga menyesuaikan sistem pajak, menertibkan para pejabat, dan memastikan pelaksanaan ritual keagamaan berjalan sesuai tradisi.
Namun, semua upaya ini menuntut biaya besar. Rombongan kerajaan selama tur keliling tentu menguras kas negara, sementara proyek renovasi menambah tekanan terhadap sumber daya yang sudah terbatas.
Situasi inilah yang perlahan mendorong masyarakat kelas pekerja, termasuk para pengrajin elit di Deir el-Medina, menuju titik jenuh yang berujung pada mogok kerja pertama dalam sejarah dunia.
Untuk mengatasi krisis, Ramses III menggelar ekspedisi dagang dan militer, termasuk perjalanan penting ke Tanah Punt yang kaya sumber daya. Meski sukses, hasilnya tidak mampu memulihkan keuangan negara.
Para sejarawan menilai ada tiga penyebab utama: hilangnya tenaga kerja akibat perang, korupsi pejabat yang menyalahgunakan sumber daya, dan panen buruk akibat cuaca. Tekanan ini paling terasa di kalangan pekerja, seperti para pengrajin di Deir el-Medina, yang sangat bergantung pada upah dan distribusi makanan dari negara.
Mogok Buruh
Menjelang tahun ke-30 masa pemerintahannya, Ramses III mempersiapkan perayaan besar jubilee untuk memperingati kekuasaannya. Namun, di balik kemegahan ini, kondisi Mesir tengah terpuruk: kerugian besar dari perang melawan Bangsa Laut, gagalnya pemulihan perdagangan luar negeri, dan kekurangan pangan memperburuk keadaan. Di tengah krisis ini, persiapan pesta justru menyedot banyak sumber daya negara.
Krisis mulai terlihat nyata pada tahun 1159 SM ketika para pengrajin makam di Deir el-Medina tidak menerima upah tepat waktu. Keterlambatan pembayaran ini terus berulang hingga akhirnya, para pekerja melakukan aksi mogok – menjadikannya aksi buruh pertama yang tercatat dalam sejarah.
Awalnya, para pekerja memprotes di kuil Ramses III dan Thutmose III sambil meneriakkan "Kami lapar!". Upaya pejabat untuk meredam protes dengan mengirimkan kue gagal menghentikan mogok.
Ketika situasi memanas, para pekerja bahkan menguasai gerbang selatan Ramesseum – gudang gandum utama di Thebes. Mereka juga sempat mengancam akan merusak makam kerajaan saat dihadang oleh pasukan bersenjata.
Baca Juga: Hari Buruh: Kisah Pilu Pekerja Anak dalam Ingatan Sejarah Dunia
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR