Speakman mengungkap kemungkinan akar penyebab lambatnya laju metabolisme ini. Penyebabnya adalah mutasi gen yang unik bagi panda dan mengendalikan hormon tiroid. Keduanya merupakan kunci dalam mengatur metabolisme.
“Kita semua menduga laju metabolisme panda akan rendah. Jika tidak, panda tidak akan mampu makan cukup makanan. Wawasan besarnya adalah menemukan gen yang mendasarinya,” ungkap Speakman.
“Sejak saat itu, kami menciptakan tikus dengan mutasi yang sama. Kami memastikan bahwa tikus tersebut juga memiliki laju metabolisme yang lebih rendah.”
Li mengeksplorasi bagaimana bambu memainkan peran kunci dalam membantu panda beradaptasi dengan pola makan yang tidak biasa. Li memeriksa sampel darah yang diambil dari panda. Ia mengidentifikasi molekul yang disebut mikroRNA yang beredar di sana.
MikroRNA adalah molekul yang terdapat pada hewan dan tumbuhan, yang digunakan sel untuk mengendalikan ekspresi gen. Molekul-molekul ini juga terdapat pada bambu, tempat molekul-molekul ini memasuki tubuh panda melalui makanan. Molekul tersebut dapat terakumulasi dalam jaringannya seiring waktu.
Li dan tim meneliti beberapa miRNA yang terdapat dalam darah panda. Tim tersebut menemukan bahwa miRNA tersebut menargetkan gen-gen tertentu yang terlibat dalam berbagai hal. Antara lain dalam meningkatkan nafsu makan, mengatur indra penciuman, dan menekan rasa pahit.
Mungkin saja molekul-molekul yang berasal dari bambu ini membantu mengembangkan dan mengatur nafsu makan panda terhadap bambu. Hal ini dapat menjadi penting untuk kelangsungan hidup panda.
“Memastikan bahwa bambu yang cukup dapat dikonsumsi setiap hari untuk memenuhi kebutuhan asupan energi tubuh,” jelas Li.
Di tempat lain, penelitian menemukan bahwa bakteri usus panda tidak sepenuhnya bertentangan dengan pola makan vegannya. Faktanya, flora usus panda berubah selama musim ketika rebung muncul.
Hal ini memungkinkan panda untuk menyimpan lebih banyak energi selama periode singkat ini. Selama periode singkat itu, panda tampak bertambah berat badan.
Panda juga mengembangkan “jempol semu” yang memungkinkan mereka untuk mencengkeram batang bambu dengan erat. Gigi geraham mereka lebih lebar daripada gigi beruang lainnya. Gigi tersebut penting untuk menghancurkan batang bambu yang kuat, karena rahang panda sangat kuat.
“Wajah mereka yang besar dan bulat. Hal itu disebabkan oleh otot rahang yang besar yang memberi kekuatan gigitan yang lebih besar daripada beruang kutub,” kata Speakman.
Panda dipuja. Di sisi lain, mereka juga “diejek” sebagai hewan yang tidak beradaptasi dengan baik dan tidak memiliki jalan buntu evolusi. Panda mungkin tampak seperti hanya bermalas-malasan dan memakan bambu sepanjang hari. Tapi, seperti yang dikatakan Li, “kemalasan” panda adalah kebijaksanaan untuk bertahan hidup.
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR