Perkembangan ini membingungkan Charles Darwin, yang menduga evolusi terjadi lebih lambat dan mungkin angiosperma muncul jauh sebelum Kapur di "pulau atau benua yang hilang," tulis William E. Friedman dalam American Journal of Botany tahun 2009. Ledakan flora Kapur ini mungkin justru menunjukkan betapa cepatnya evolusi bisa terjadi, imbuh Friedman.
Meskipun benua hilang hipotesis Darwin tak pernah ditemukan, penelitian terbaru mengisyaratkan beberapa tumbuhan berbunga mungkin ada di Jura, meskipun tak umum dan kemungkinan menjadi mata rantai evolusi.
Fosil angiosperma "tertua yang tak terbantahkan" umumnya ditempatkan pada awal Kapur, sekitar 125 hingga 130 juta tahun lalu. Fosil genera Archaefructus dan Montsechia ini menunjukkan bukti pertama ovarium, meski mungkin belum memiliki kelopak, menurut Brooklyn Botanic Garden.
Para ilmuwan meyakini serangga penyerbuk—lebah dan tawon—berperan krusial dalam ledakan tumbuhan berbunga Kapur. Ini sering dijadikan contoh ko-evolusi. Pertengahan Kapur kaya akan serangga dan tumbuhan berbunga, dan penemuan baru-baru ini bahkan menangkap serangga penyerbuk dalam aksinya.
Studi tahun 2019 di PNAS melaporkan bukti fosil langsung pertama: kumbang bunga Angimordella burmitina berusia 99 juta tahun terperangkap dalam amber dan tertutup serbuk sari. Kumbang itu memiliki mulut untuk makan serbuk sari, dan serbuk sari menunjukkan ciri penyerbukan serangga.
Studi tahun 2020 di BioOne menemukan lebah tertua pembawa serbuk sari, Discoscapa apicula, berusia 100 juta tahun dalam amber, dengan ciri lebah modern dan tawon.
Berkat serangga penyerbuk, tumbuhan berbunga jauh lebih unggul daripada tumbuhan yang hanya mengandalkan angin. Persaingan memikat serangga mendorong diversifikasi cepat dalam ukuran, bentuk, warna, dan aroma bunga, termasuk produksi nektar.
Serangga pun beradaptasi, menciptakan sistem ko-evolusi yang rumit. Beberapa bukti menunjukkan serangga penyerbuk ada sebelum angiosperma. Studi 2009 di Science mengidentifikasi 11 spesies kalajengking lalat Jura pertengahan dengan mulut memanjang pemakan serbuk sari, yang menyerbuki gimnosperma. Makhluk ini punah saat Kapur, kira-kira bersamaan dengan pergeseran global flora.
Sementara itu, struktur mirip sarang lebah dari Hutan Petrified, Arizona (lebih dari 200 juta tahun lalu) yang awalnya dianggap bukti lebah purba, kini direevaluasi sebagai ruang larva kumbang atau lainnya (Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology).
Dinosaurus juga menunjukkan interaksi dengan tumbuhan berbunga. Dua koprolit (kotoran membatu) dinosaurus dari Utah mengandung fragmen kayu angiosperma (studi 2015 di Society of Vertebrate Paleontology). Ankylosaurus awal Kapur ditemukan dengan buah angiosperma membatu di perutnya.
Baca Juga: Menelusuri Secara Ilmiah, Mengapa Dinosaurus Dinamai ‘Dinosaurus’?
KOMENTAR