Nationalgeographic.co.id—Permasalahan sampah yang tak kunjung usai menjadi sorotan utama dalam Belantara Learning Series Episode 12 (BLS Eps.12).
Kegiatan yang diinisiasi oleh Belantara Foundation bekerja sama dengan Program Studi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan ini mengangkat tema strategis “Pengelolaan Sampah Berkelanjutan untuk Mendukung Ekonomi Sirkular, Mitigasi Perubahan Iklim dan Kesejahteraan Masyarakat”.
Seminar nasional ini diselenggarakan pada Kamis, 8 Mei 2025, dengan format hybrid yang menggabungkan kehadiran luring di Auditorium Lantai 3 Gedung Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan di Bogor serta partisipasi daring melalui Zoom dan live streaming Youtube Belantara Foundation. Acara ini berhasil menarik perhatian lebih dari 1.100 peserta.
Dukungan kuat datang dari berbagai pihak, termasuk Prodi Biologi FMIPA dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pakuan, serta mitra pengelola sampah seperti Bank Sampah Digital dan Bank Sampah Induk New Normal.
Inisiatif menarik lainnya adalah kolaborasi dengan empat universitas – Universitas Pakuan, Universitas Riau, Universitas Syiah Kuala, dan Universitas Tanjungpura – yang memfasilitasi kegiatan “Nonton dan Belajar Bareng” bagi mahasiswa dan dosen mereka.
Isu sampah memang telah menjadi persoalan global yang mendesak. Global Waste Management Outlook 2024 mencatat bahwa 38% sampah global belum dikelola dengan baik. Kondisi ini berkontribusi signifikan terhadap Triple Planetary Crisis: perubahan iklim (climate change), kehilangan keanekaragaman hayati (biodiversity loss), dan polusi (pollution).
Strategi Terpadu dan Tanggung Jawab Kolektif
Menyikapi tantangan ini, Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna, menekankan pentingnya strategi terpadu dalam pengelolaan sampah demi mendukung mitigasi perubahan iklim dan ekonomi masyarakat secara lebih efektif. Strategi tersebut meliputi kampanye kesadaran publik, inovasi teknologi, reformasi kebijakan, dan partisipasi aktif masyarakat.
“Ketika masyarakat diberdayakan untuk mengelola sampah secara bertanggung jawab, mereka tidak hanya berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan tetapi juga membuka peluang ekonomi, yang mengarah pada masyarakat yang tangguh dan berkelanjutan,” ujar Dolly.
Ia menambahkan, “Pengelolaan sampah berkelanjutan bukan sekadar kewajiban lingkungan, tetapi juga merupakan langkah strategis menuju masa depan yang tangguh dan rendah karbon yang dapat menguntungkan semua orang baik di tingat lokal maupun global. Oleh karenanya, mari kita bekerja sama, berbagi pengetahuan, dan menerapkan solusi inovatif dalam membangun ekonomi sirkular, untuk merawat Bumi kita, serta sekaligus membantu membuka peluang untuk kesejahteraan masyarakat.”
Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Bapak Dr. Hanif Faisol Nurofiq, yang diwakili oleh Direktur Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkular, Bapak Agus Rusly, menyampaikan bahwa permasalahan sampah di Indonesia yang semakin membesar harus meningkatkan kesadaran bahwa setiap individu adalah penghasil sampah (emitter) yang bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan.
Baca Juga: Edukasi Konservasi Gajah Sumatra, Belantara Foundation Tingkatkan Kapasitas Guru SD di OKI
KOMENTAR