Nationalgeographic.co.id—Potongan kecil amber yang ditemukan di Jepang mengungkap jejak bencana dahsyat dari masa prasejarah.
Studi terbaru menunjukkan bahwa sekitar 115 juta tahun yang lalu, tsunami raksasa menghantam wilayah yang kini menjadi bagian barat Jepang, meninggalkan serpihan resin pohon purba sebagai saksi bisu dari peristiwa tersebut.
Temuan ini membuka jalan baru bagi para ahli paleontologi dalam melacak jejak tsunami purba, sekaligus memberi wawasan tentang kekuatan geologis yang pernah membentuk lanskap Asia Timur pada Zaman Dinosaurus.
Endapan amber yang ditemukan menunjukkan deformasi unik, yang mengindikasikan bahwa pohon-pohon dan tumbuhan tersapu dari daratan ke laut akibat hempasan tsunami. Resin tersebut kemudian tenggelam ke dasar samudra, tanpa sempat mengeras karena tidak terpapar udara, lalu terkubur dan terawetkan selama jutaan tahun.
Para ilmuwan menafsirkan bentuk deformasi pada amber ini sebagai bukti kuat dari satu atau lebih peristiwa tsunami besar. Temuan mereka telah dipublikasikan pada 15 Mei dalam jurnal Scientific Reports.
Biasanya, para ilmuwan memperkirakan waktu terjadinya tsunami di masa lalu berdasarkan bukti geologis seperti batu-batu besar yang terbawa arus dan terdeposit di wilayah pesisir, atau melalui perubahan mendadak pada lapisan sedimen di dekat pantai.
Namun, membedakan antara jejak tsunami dan badai besar dalam catatan fosil bisa sangat sulit, karena keduanya menghasilkan pola sedimen yang serupa.
Amber—resin pohon yang membatu—dapat turut terbawa ke laut ketika pohon-pohon tersapu tsunami, sehingga mencatat jejak kejadian tersebut.
Dalam studi ini, para peneliti menganalisis endapan silika yang kaya amber dari Tambang Shimonakagawa di Hokkaido bagian utara, Jepang. Endapan tersebut berasal dari periode Kapur Awal (Early Cretaceous) sekitar 116 hingga 114 juta tahun lalu, saat kawasan itu masih berupa dasar laut yang dalam.
Tim menggunakan teknik pencitraan fluoresensi—dengan menyinari amber menggunakan cahaya ultraviolet untuk mengamati struktur dalamnya.
Sampel amber menunjukkan pola yang mirip dengan struktur geologis yang disebut “struktur api” (flame structures), yaitu deformasi yang terjadi ketika sedimen lunak mengendap dan berubah bentuk sebelum mengeras, membentuk lidah-lidah yang menjulur ke atas di antara lapisan sedimen. Biasanya, amber membentuk pola lain karena resin mengeras setelah terpapar udara.
Baca Juga: Penyakit Apa yang Membunuh Dinosaurus? Benarkah Mereka Idap Kanker?
Source | : | Live Science,Scientific Reports |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR