Nationalgeographic.co.id—Pada sebuah hari Selasa yang bersejarah di bulan Februari 2024, dunia sains merayakan momen penting: 200 tahun sejak dinosaurus pertama kali secara resmi diberi nama.
Makhluk purba yang mendapat kehormatan ini adalah Megalosaurus, sebuah nama yang menandai babak baru dalam pemahaman kita tentang kehidupan di Bumi jutaan tahun lalu.
Penamaan monumental ini dilakukan oleh William Buckland, seorang profesor geologi terkemuka di University of Oxford. Ia menemukan sisa-sisa fosil hewan purba ini di sebuah lokasi di Stonesfield, sebuah desa yang terletak sekitar 10 mil di barat laut Oxford, di wilayah Oxfordshire.
Awalnya, Buckland menafsirkan fosil-fosil yang ditemukannya itu sebagai tulang belulang seekor kadal raksasa yang belum pernah diketahui sebelumnya.
Mengambil inspirasi dari penafsiran awalnya, ia menggabungkan dua kata dari bahasa Yunani kuno: "megas" yang berarti "besar" atau "hebat", dan "sauros" yang berarti "kadal". Jadilah nama Megalosaurus ("kadal besar") disematkan pada fosil-fosil tersebut.
Deskripsi formal Megalosaurus sebagai dinosaurus (meskipun istilah "dinosaurus" belum ada saat itu) non-unggas pertama kali dipresentasikan oleh Buckland pada tanggal 20 Februari 1824.
Momen bersejarah ini terjadi dalam sebuah pertemuan penting yang diadakan oleh Geological Society, sebuah organisasi terhormat yang menjadi wadah berkumpulnya para ilmuwan yang mempelajari bumi dan planet.
Dr. Paul Sereno, seorang paleontolog terkemuka dari University of Chicago, menjelaskan bahwa meskipun tulang dan gigi dinosaurus sebenarnya telah ditemukan dan dikenal selama berabad-abad, bahkan sejak zaman prasejarah manusia, namun di awal abad ke-19, para ilmuwan masih belum memiliki gambaran yang jelas tentang apa sebenarnya makhluk-makhluk ini.
"Banyak orang tidak menyadari bahwa biasanya Anda tidak menemukan dinosaurus dalam wujud kerangka utuh yang siap dipasang di museum," ujar Dr. Sereno kepada ABC News, memberikan gambaran realitas kerja paleontologi.
"Anda biasanya menemukan potongan-potongan yang sangat sulit dipahami maknanya, itulah sebabnya butuh waktu lama bagi dinosaurus untuk masuk ke dalam bidang ilmu pengetahuan meskipun fosilnya sudah dikenal ratusan tahun sebelumnya."
Pada era Buckland, Megalosaurus dipandang hanyalah sebagai salah satu bentuk reptil berukuran besar. Konsep tentang sekelompok hewan purba yang kita kenal sebagai "dinosaurus" – sebuah istilah yang secara harfiah berarti "kadal mengerikan" – baru diciptakan sekitar 18 tahun kemudian oleh ilmuwan Inggris lainnya, Sir Richard Owen.
Baca Juga: Pteranodon, Reptil Terbang Raksasa pada Era Dinosaurus yang Sering Disalahpahami
"Saat hewan ini diberi nama, belum ada konsep dinosaurus, jadi mereka menamainya sebagai spesies kadal," tutur Dr. David Burnham, seorang paleontolog di University of Kansas Biodiversity Institute and Natural History Museum, menjelaskan konteks penamaan awal.
"Tentu saja, mereka merekonstruksinya seperti reptil berkaki empat. Namun, mereka sama sekali tidak tahu cara memperkirakan ukurannya, seberapa besar hewan itu, karena banyak bagian kerangkanya yang hilang."
Pada masa itu, berdasarkan interpretasi yang terbatas, para ilmuwan memperkirakan Megalosaurus memiliki panjang sekitar 65 kaki (atau sekitar 20 meter) dan berjalan dengan keempat kakinya.
Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan ditemukannya fosil-fosil baru, pemahaman kita tentang Megalosaurus pun berubah drastis.
Perkiraan yang lebih modern dan akurat menunjukkan bahwa hewan ini sebenarnya jauh lebih kecil, hanya sekitar 20 kaki (atau sekitar 6 meter) panjangnya, dan yang terpenting, ia berjalan dengan dua kaki, bukan empat.
Megalosaurus diidentifikasi sebagai karnivora ganas yang menjelajahi bumi selama periode Jura Tengah, yaitu sekitar 165 hingga 168 juta tahun yang lalu.
Untuk memperingati dua abad penamaan spesies dinosaurus pertama ini, Geological Society telah menyelenggarakan serangkaian acara istimewa. Salah satunya adalah kuliah umum yang membahas evolusi pandangan sains terhadap dinosaurus selama 200 tahun terakhir.
Selain itu, organisasi ini juga memamerkan replika kerangka Megalosaurus dalam ukuran aslinya, yang dapat dinikmati oleh publik hingga tanggal 29 Februari lalu.
Sementara itu, Oxford Museum of Natural History, yang menyimpan beberapa fosil asli Megalosaurus yang ditemukan Buckland, juga tidak ketinggalan. Museum ini telah mengadakan tur khusus bertajuk "Harta Karun Megalosaurus dan Buckland" serta pameran yang menampilkan karya-karya bersejarah Buckland pada bulan Oktober tahun sebelumnya.
Menurut Dr. Burnham, peringatan momen penting seperti penamaan Megalosaurus ini sangatlah berharga. Ia menekankan bahwa peristiwa ini "menunjukkan seberapa jauh bidang paleontologi telah berkembang" sejak penemuan awal tersebut.
Dr. Sereno sependapat sepenuhnya. Ia menambahkan bahwa sejak masa William Buckland, jumlah jenis dinosaurus baru yang ditemukan dan diidentifikasi terus meningkat dengan sangat pesat. Akselerasi ini didorong oleh bertambahnya jumlah paleontolog di seluruh dunia serta pemahaman publik yang semakin baik tentang seperti apa wujud dinosaurus sebenarnya.
"Akibatnya, kita kini mempelajari dan menamai lebih banyak dinosaurus daripada sebelumnya," pungkas Dr. Sereno. "Kita benar-benar mulai memilah silsilah keluarga dinosaurus, memahami fisiologi mereka dan banyak detail lainnya, dan kita akan belajar lebih banyak lagi dalam dekade mendatang."
Penamaan Megalosaurus 200 tahun lalu hanyalah permulaan dari petualangan ilmiah yang tak berujung dalam menyingkap misteri makhluk purba penghuni Bumi jutaan tahun silam.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
KOMENTAR