Gajah bahkan dapat mengatur ukuran pembuluh darah di telinganya— melebarkan atau menyempitkannya—tergantung pada suhu lingkungan.
Menurut Jukar dan Sanders, catatan fosil mendukung teori ini. Mamut, kerabat dekat gajah modern, awalnya berevolusi di Afrika. Ketika mereka mulai bermigrasi ke iklim yang lebih dingin, ukuran telinga mereka menjadi lebih kecil secara bertahap.
"Kita tahu dari temuan mamut berbulu yang terawetkan di Siberia bahwa telinga mereka jauh lebih kecil dibandingkan dengan gajah Afrika," jelas Sanders. "Bulu mereka menjadi lebih penting untuk mempertahankan panas tubuh. Jadi kebutuhannya terbalik."
Meski fungsi utama telinga besar gajah adalah untuk membantu pendinginan tubuh, telinga tersebut juga memiliki kegunaan lain. Beberapa studi menunjukkan bahwa gajah menggunakan telinga mereka untuk menangkap gelombang suara, yang memungkinkan mereka mendengar frekuensi rendah.
Selain itu, gajah juga dapat merasakan getaran frekuensi rendah melalui telapak kaki mereka, yang memiliki reseptor khusus bernama Pacinian corpuscles. Getaran ini bisa dihantarkan ke seluruh tubuh, memungkinkan mereka berkomunikasi jarak jauh hingga puluhan kilometer.
Telinga besar ini juga memainkan peran penting dalam komunikasi sosial antar gajah, kata Sanders.
"Mereka tidak bisa memberikan isyarat dengan mengangkat kaki seperti manusia, jadi mereka menggunakan cara lain untuk berkomunikasi," ujarnya.
Misalnya, ketika seekor gajah bersiap untuk menyerang, ia akan menarik telinganya ke depan dan mengepak-kepakkannya dengan cepat untuk tampak lebih besar.
"Itu tanda bahwa gajah sedang benar-benar marah. Dan itu saat yang tepat bagi Anda untuk mundur atau segera meninggalkan tempat tersebut," tambahnya.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, bidaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR