“Suatu hari kita mungkin menemukan nyamuk atau lalat penggigit dari Mesozoikum dengan beberapa bagian darah yang masih terawetkan. Gagasan itu bukanlah hal yang mustahil,” kata Susie.
Darah dalam fosil dinosaurus
Ketika dalam keadaan tertentu darah memang terawetkan, bukan berarti para ilmuwan akan menemukan DNA di dalamnya. Jadi, meskipun darah dinosaurus ditemukan di dalam serangga purba, peluang untuk menciptakan kembali reptil darinya tidak dijamin.
Pada 2015, Susie dan rekan-rekannya menemukan apa yang mereka tafsirkan sebagai sel darah merah di dalam tulang fosil dinosaurus. Dinosaurus tersebut berasal dari Zaman Kapur.
“Kami tidak berpikir itu berasal dari kontaminasi modern. Sel darah memiliki nukleus dan Anda tidak menemukannya pada mamalia. Jadi, itu pasti sel darah merah reptil. Kami membandingkannya dengan sel darah merah dari burung. Dan perbandingan itu menunjukkan beberapa kesamaan morfologi.”
Susie dan tim membelah sel menggunakan sinar ion terfokus, seperti pisau ultra-kecil berkekuatan sangat tinggi. Mereka kemudian mewarnai inti sel untuk melihat apakah ada DNA. Namun mereka tidak menemukan apa pun.
“Bahkan jika Anda menemukan darah atau jaringan lunak, Anda belum tentu menemukan DNA,” ungkap Susie. DNA purba sejauh ini telah ditemukan dari lapisan tanah beku. Serta dari subfosil—tulang atau bagian tubuh yang belum menjadi fosil.
Namun, DNA rentan dan rusak dengan cepat. Sinar matahari memiliki efek negatif dan air juga dapat mempercepat kerusakan. Kontaminasi modern juga menjadi masalah. DNA harus ditangani dalam kondisi yang dikontrol secara ketat.
Saat ini, DNA tertua yang pernah ditemukan berusia sekitar satu juta tahun, meskipun mungkin lebih muda. DNA yang 66 kali lebih tua harus ditemukan untuk mencapai usia dinosaurus.
Cara membuat DNA dinosaurus
Jika DNA dinosaurus ditemukan, apa yang terjadi selanjutnya? Bayangkan jika Anda bekerja di fasilitas rekayasa genetika Jurassic Park. Maka Anda cukup menggabungkannya dengan DNA katak dan menciptakan kembali reptil yang telah punah.
“Di Jurassic Park, mereka mengatakan bahwa mereka menemukan DNA yang terfragmentasi. Mereka mengidentifikasi di mana lubang-lubang itu berada dan mengisinya dengan DNA katak. Namun masalahnya adalah Anda tidak tahu di mana lubang-lubang itu berada jika Anda tidak memiliki seluruh genom,” jelas Susie.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR