Piala Dunia mungkin sudah berakhir, namun gairah untuk pertandingan sepak bola masih terbakar di kamp pengungsian terbesar di dunia. Kamp Kutupalong di Bangladesh ini menjadi menjadi ‘rumah’ bagi muslim Rohingya yang terusir dari Myanmar.
Bagi para pengungsi muda di Bangladesh, Piala Dunia 2018 adalah yang pertama bagi mereka. Meskipun sudah berakhir pada 15 Juli lalu, namun warga di pengungsian sepertinya tidak akan berhenti merayakannya dalam waktu dekat.
Anak laki-laki Rohingya mengarak replika miniatur Piala Dunia melalui lorong-lorong kotor di kamp pengungsian. Penggemar sepak bola yang paling kecil bahkan menatap replika trofi Piala Dunia dengan mata berkaca-kaca – seolah-olah itu adalah hadiah sungguhan.
Baca juga: Jumlah Populasi Menyusut, Kota Kecil di Jepang Ini Kekurangan Ninja
Meskipun terdapat bendera Spanyol dan seragam tim Eropa lainnya, namun para pengungsi hanya mendukung dua klub: antara Argentina atau Brasil.
“Favoritku adalah Argentina. Saya menonton finalnya. Itu antara Kroasia melawan Prancis, dan Prancis yang menang,” kata Mohammad Reza, bocah berusia enam tahun, dengan bangga. Ia mengenakan seragam tim Argentina berwarna biru-putih dengan nama Lionel Messi di punggungnya.
Salah satu anak laki-laki termuda yang juga merasa bahagia melihat trofi Piala Dunia tiruan adalah Nurul Afsar yang mengenakan jersey Brasil.
“Kesukaanku adalah Neymar,” ujarnya malu-malu sambil menggenggam bola karet.
Di antara anak-anak yang mengidolakan Neymar dan Brasil, yang paling menonjol adalah Jahangir Alam. Rambutnya diwarnai persis seperti bintang sepak bola kesukaannya itu.
“Aku sangat suka kepada Neymar. Itulah sebabnya rambutku mirip dia. Aku senang sekali menyaksikan pertandingan Piala Dunia,” katanya.
Source | : | AFP |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR