Nationalgeographic.co.id - Mengonsumsi soft drink atau minuman ringan memang sangat menyegarkan, apalagi saat diminum ketika cuaca sedang panas. Meski terasa nikmat, tetapi minuman ringan sebenarnya tidak sehat karena mengandung kandungan gula yang tinggi. Dengan minum minuman ringan, tubuh justru menjadi cepat mengalami dehidrasi.
Inilah alasan mengapa setelah meminum minuman ringan, kita seakan ingin meminumnya kembali untuk mengurangi dehidrasi.
Lalu, bagaimana efek gula yang tinggi pada tubuh?
Perlu diketahui bahwa dalam 10 sampai 15 menit pertama saat minum, usus akan menyalurkan gula ke dalam darah dan meningkatkan kadar gula darah. Hal tersebut akan membuat tubuh bekerja dengan kuat untuk memproduksi insulin. Pankreas mengeluarkan insulin untuk membantu mengangkut gula ke otot sebagai energi.
Baca Juga : Peneliti Temukan Fosil Paru-paru Burung Purba Dari 120 Juta Tahun Lalu
Namun, kandungan gula pada minuman ringan jauh lebih besar daripada yang dibutuhkan oleh otot. Dokter ahli endokrinologi, Melem Zeytinoglu mengatakan, seseorang yang mengonsumsi minuman soda hingga 0,5 liter akan mendapatkan asupan karbohidrat dari seluruh makanan melalui cairan.
"Soda sering kali dikonsumsi sebagai tambahan makanan sehingga karbohidrat tambahan perlu diproses," ujarnya.
Tambahan gula tidak akan disimpan dalam jaringan otot, tetapi diubah menjadi lemak di hati. Ginjal juga membantu untuk membuang kelebihan gula melalui urin dan membuat tubuh kehilangan air.
Menurutnya, hal tersebut yang meningkatkan risiko dehidrasi. Apalagi, gula dan kafein dalam soda merupakan kombinasi yang buruk bagi kesehatan.
Riset yang dilakukan oleh peneliti dari Princeton, AS, menemukan efek negatif tambahan dari mengonsumsi gula. Para peneliti pernah melakukan uji coba dengan memberi makan tikus yang lapar dengan larutan gula. Hasilnya, otak mereka melepaskan dopamine, zat kimia yang memicu adanya motivasi dan rasa puas.
Baca Juga : Hati-hati, Terlalu Stres Dapat Membuat Volume Otak Anda Menyusut
Respons tersebut sama dengan apa yang terjadi bila seekor tikus diberikan narkoba. Dalam Penelitian National Institutes of Health, dibuktikan bahwa gula dapat menjadi lebih adiktif daripada kokain.
Meski begitu, kita tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi minuman ringan. Menurut ahli gizi bersertifikat, Cordialis Msora-Kasago, asal dibatasi konsumsinya, maka tidak perlu ditakutkan efeknya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Nesa Alicia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR