Cilamaya yang Tetap Bimbang

By , Senin, 23 Maret 2015 | 18:35 WIB

Di sebelah barat Blanakan misalnya. Di pesisir Sukajaya, Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, kehidupan nelayan muara Pasirputih benar-benar bertumpu pada perairan yang akan dijadikan pelabuhan Cilamaya.

Pasirputih merupakan sentra rajungan Karawang, yang pada 2013 lalu dikunjungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kala itu, Presiden berdialog dengan para nelayan, dan melihat pengolahan rajungan Pasirputih.

Upaya penanaman pohon mangrove digelar di sepanjang pesisir utara dekat Tanjungbaru, Karawang, Jawa Barat. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)

Para nelayan memasok bahan baku rajungan, baik rajungan segar maupun rajungan rebusan. Selain nelayan kecil yang pulang-hari, yang melaut antara 1-2 mil, sebagian nelayan Pasirputih mencari rajungan hingga Lampung, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat. Hasil tangkapan akan disetorkan ke juragan, yang lantas diolah di tempat pengolahan.

Sedikitnya ada 18 tempat pengolahan rajungan, disebut miniplant, di Pasirputih, yang pada 2013 produksinya mencapai 393 ton. Satu tempat pengolahan menampung 20-30 tenaga kerja perempuan. Hampir seluruh pengolahan rajungan di Karawang berlokasi di Pasirputih.

Produksi rata-rata pengolahan rajungan per hari sekitar dua kuintal, dan pada musim rajungan bisa 6-7 kuintal. Sahari mengisahkan, daging rajungan dari Pasirputih diekspor ke Singapura, Amerika Serikat ataupun Taiwan.

!break!