Cilamaya yang Tetap Bimbang

By , Senin, 23 Maret 2015 | 18:35 WIB

SIANG ITU, pekan kedua Maret 2015, hawa panas memanggang pesisir Cikuntul, Kecamatan Tempuran. Burung-burung perancah beterbangan bergerombol; burung gagang bayam yang berkaki jenjang menyisir lumpur di tambak-tambak yang kumuh.

Di kawasan pesisir inilah bakal dibangun pelabuhan Cilamaya. Jadi, meski berada di daerah Cikuntul, namanya kadung pelabuhan Cilamaya. Tonggak beton berwarna biru itu tertancap di lahan itu dengan tulisan: JICA BM 30 GPS Maret-2102.

Di beberapa titik lokasi yang akan menjadi kawasan penyangga pelabuhan, seluas 200 hektare, patok-patok tanah telah berdiri tegak. Salah satunya bersetrip warna merah, putih dan hitam.

Tonggak beton yang menandai di lahan Cikuntul, Karawang akan dibangun sarana pendukung pelabuhan Cilamaya. Tonggak beton berwarna biru itu tertancap di lahan dekat pesisir desa Cikuntul. Di situ tertera: JICA BM 30 GPS Maret-2102. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)

"Patok itu milik salah satu spekulan tanah," terang seorang pemuda di Kalen Kalong. Dusun kecil ini tepat bersisian dengan patok itu, yang kelak akan berbatasan dengan kawasan pelabuhan Cilamaya. "Tanah-tanah timbul di pinggir pantai sudah habis [dibeli]," imbuhnya, "Kalen Kalong katanya juga akan digusur."

Lahan-lahan tambak di sisi timur Kalen Kalong hingga barat Ciparagejaya telah dikuasai oleh orang-orang dari luar, seperti dari Bekasi, Jakarta, untuk menyambut pembangunan pelabuhan.

Perahu-perahu nelayan hilir-mudik di perairan Cikuntul. Di situlah lahan tangkap para nelayan, tidak saja dari Pasirputih, tapi juga dari Ciparagejaya, Tangkolak, Kalen Kalong dan sekitarnya.

Pepohanan muda ditanam di atas gundukan tanah untuk menghindari banjir yang kerap melanda Muarabaru. Diciptakan dari nol, Hutan Pendidikan Iklim Blanakan kelak akan rimbun dengan demplot tambak yang ramah lingkungan. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)

Dari peta rencana, Sahari mengetahui bahwa pelabuhan akan dibangun selebar 2 kilometer, sepanjang 3 kilometer. Dengan luas 6 kilometer persegi, tegasnya, "Nelayan mau cari ikan di mana? Apalagi nelayan kecil yang mencari ikan di pinggir laut."

Dia tak bisa membayangkan betapa sibuknya lalu lintas di perairan Cikuntul saat pelabuhan Cilamaya beroperasi. Perahu-perahu nelayan akan berhadapan dengan kapal kargo berukuran besar.

"Masa kita harus menunggu kapal besar lewat? Kalau tertabrak pasti hancur. Ukuran perahu nelayan mah kecil, paling besar 7 gross ton. Jangankan tertabrak, disenggol saja oleng. Apa mau kapal-kapal besar itu bertanggung jawab?"

!break!