Cilamaya yang Tetap Bimbang

By , Senin, 23 Maret 2015 | 18:35 WIB

KAWASAN PESISIR Cikuntul berdampingan dengan lahan pertanian produktif yang subur. Pada musim basah bulan Maret, para petani bergerak ke sawah-sawah. Menebar benih, menanam. Sepeda motor berbaris di tepi sawah. Petani hilir-mudik mengangkuti bibit padi siap tanam.

Lahan sawah yang mengepung dusun Kalen Kalong semarak dengan aktivitas penanaman padi. Harga tanah di daerah ini telah melambung tinggi menyambut pembangunan pelabuhan Cilamaya. Seorang petani yang sedang menanam padi di persawahan Kalen Kalong menuturkan satu hektare tanah bisa mencapai Rp 800 juta.

Lahan-lahan pertanian Kalen Kalong yang ditanami dua kali setahun ini menjadi tumpuan dan harapan hidup warga sekitar. Di atas persawahan inilah kawasan pendukung pelabuhan akan dibangun seluas 205 hektare.

Setiap kali isu pembangunan pelabuhan Cilamaya kembali menghangat, para biyong bergerilya menawar dan membeli tanah-tanah di Cikuntul. "Kalau diitung-itung, sudah tujuh kali tanah leluhur saya ditawar biyong," terang Asep Saefuddin, koordinator Gerakan Masyarakat Tolak Pelabuhan Cilamaya.

Petani mulai menanam petakan sawah di Dusun Bojong Mekarwangi, Desa Cilamaya Girang, Subang, Jawa Barat. Lahan pertanian seluas 625 hektar di desa ini menyumbang sebagian pasokan beras di Subang dan Karawang. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)>

Tanah dan kebun di Sumurgede, Tempuran, itu menjadi tumpuan hidup keluarga besar Asep. "Itu tanah leluhur yang turun-temurun," tutur Asep melalui sambungan telepon, "ada kelapa, mangga, dan lain-lain, yang bisa menopang hidup keluarga saya."

Selama satu tahun terakhir, Asep bersama kawan-kawannya memantau perkembangan rencana pembangunan pelabuhan. Bahkan kabar terakhir, ungkap Asep, kawasan pendukung akan membentang hingga enam kilometer dari garis pantai. "Rumah, tanah dan kebun leluhur saya itu hanya empat kilometer. Kan habis itu. Jadi, ini bukan soal ego kelompok yang tidak ingin menjual tanahnya, tapi tanah pertanian itu masa depan kami."

Asep menuturkan daerah pertanian di Tempuran, Ciparagejaya dan sekitarnya merupakan lumbung padi Karawang. Bersama Kabupaten Subang, Indramayu, Cirebon, Karawang adalah penghasil beras utama untuk Jawa Barat.

Lantaran itu, Gerakan Masyarakat melayangkan aspirasinya ke Presiden Joko Widodo pada 11 Maret lalu saat berdemontrasi di depan Istana Negara. Sebelum menemui Presiden Jokowi, Gerakan Masyarakat menggelar unjuk rasa di Kementerian Perhubungan. Namun, tak ada pejabat kementerian yang menanggapinya.

!break!