Nationalgeographic.co.id - Perang antara dua spesies burung terjadi akibat perubahan iklim, membuat kontak antara burung great tit dan sikatan belang semakin meningkat.
Menggunakan data selama sepuluh tahun, para peneliti menemukan adanya peningkatan kematian burung sikatan belang di sarang great tit. Kasus terakhir menyisakan luka di kepala sikatan belang karena burung great tit memakan otak lawannya.
Baca Juga : Paus Terancam Punah Ditemukan dengan Sampah Plastik di Tenggoroknya
Diketahui bahwa great tit merupakan burung nonmigrasi yang ditemukan di seluruh Eropa. Mereka berkembang biak secara musiman dan biasanya bertelur sekitar bulan Maret atau April.
Sebaliknya, sikatan belang merupakan burung yang kerap melakukan migrasi. Mereka menghabiskan musim dingin di Afrika Barat sebelum kembali ke Eropa untuk berkembang biak.
Namun, akibat perubahan iklim, waktu bertelur mereka pun saling tumpang tindih. Membuat dua spesies tersebut berkompetisi untuk mendapatkan makanan.
Burung sikatan belang yang kecil dan tangkas, mencoba mencuri kenyamanan di sarang great tit. Mereka akan terbang di sekitar sarang agar great tit pergi dari sana.
Sayangnya, ketika sikatan belang mencoba masuk ke sarang yang terdapat great tit di dalamnya, burung yang lebih besar itu pun akan langsung menyerang dan memakan otaknya.
Jelmer Samplonius, peneliti dari University of Edinburgh, adalah yang pertama kali melihat perilaku makan otak ini pada 2007.
"Ketika membuka sarang, kami melihat ada burung sikatan belang yang mati di dalamnya. Kami kemudian membawanya keluar, membedah dan memeriksa burung tersebut. Kami menemukan bahwa tengkorak mereka mengalami retak di bagian belakang kepala dan otaknya telah dimakan," papar Samplonius.
"Burung great tit digambarkan sering memakan anak kelelawar atau burung yang lebih kecil di musim dingin. Kemungkinan mereka melakukannya karena hal tersebut merupakan cara termudah untuk membunuh lawan," imbuhnya.
Baca Juga : Ratusan Laba-laba Menghujani Wilayah Brasil, Apa Penyebabnya?
Menurut Samplonius. salah satu faktor utama di balik konflik antara kedua burung itu adalah ketersediaan makanan. Diketahui bahwa ulat menjadi sumber makanan utama mereka. "Namun, ulat merespons suhu dengan sangat kuat dan mengubah waktu berkembangnya menjadi lebih awal di musim ini," katanya.
"Great tit mungkin dapat mengatasinya karena mereka penghuni tetap wilayah tersebut. Namun, sikatan belang adalah migran jarak jauh. Mereka tidak tahu apa yang terjadi di tempat berkembang biak saat mereka sedang bermigrasi. Salah satu cara yang bisa dilakukan sikatan belang untuk merespons fenomena ini adalah dengan bermigrasi lebih awal," jelas Samplonius.
Source | : | Newsweek |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR