Menurut David P. Silverman, profesor ilmu pengetahuan Mesir, secara politik, sebenarnya kondisi kerajaan tersebut sangat lemah selama 13 tahun kepemimpinan Akhenaten.
Baca Juga : Sebuah Kisah dari Homo Erectus, Nenek Moyang Manusia yang Misterius
Silverman mengatakan, Tut kemudian mengembalikan lagi tradisi menyembah dewa-dewa tua dan kuil-kuil mereka–menghapus perubahan yang dilakukan ayahnya dan mengembalikan stabilitas kerajaan.
Namun, penguasa selanjutnya seperti berusaha menghapus representasi ayah dan anak ini dari daftar raja-raja penting di Mesir. Kuburan mereka dianggap hilang hingga ditemukan Carter pada awal abad ke-20.
“Mereka secara khusus mencoba menghilangkan memori keluarga tersebut dengan tidak memasukkan mereka dalam daftar raja. Seolah-olah orang ini tidak pernah ada,” ungkap Silverman.
Meskipun kisah hidupnya terhapus, tapi soal kematiannya, Raja Tut menjadi firaun Mesir paling populer. Ia menjadi ikon populer dari peradaban Mesir Kuno setelah muminya ditemukan.
Source | : | Eric Niiler/History.com |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR