PHE WMO pun memiliki tujuan utama dalam membuat desa ekowisata. “Cita-cita besar PHE WMO menjadikan wilayah Labuhan sebagai daerah pesisir utara Bangkalan menjadi destinasi ekowisata serta ikon di Madura. Jadi orang yang belum datang ke taman mangrove ini belum afdol main ke Madura,” ujar Yani. Lebih lanjut ia pun menyampaikan bahwa tujuan pengembangan kawasan konservasi dan pendidikan bagi masyarakat di wilayah ini juga bertujuan untuk menyosialisasikan kepedulian lingkungan hidup kepada masyarakat untuk peduli pada lingkungannya, dan bersahabat dengan lingkungan.
Masalah utama pelestarian bakau yang dihadapi oleh PHE WMO adalah sulitnya mengajak masyarakat untuk bersama-sama memahami apa itu bakau. “Namun begitu warga mengerti arti pentingnya mangrove, maka kendala itu menjadi kekuatan yang sangat berharga sehingga dapat membangun lingkungan mangrove seperti sekarang ini,” ujar Yani.
Yani mengungkapkan, pada awalnya sepuluh orang warga desa Labuhan bergabung dalam kelompok tani bakau yang mereka sebut sebagai kelompok tani Cemara Sejahtera. “Mereka ini yang kami bawa studi banding ke Tuban hingga Bali, juga ke desa wisata di Jawa Tengah untuk menimba ilmu guna mengembangkan hal serupa di Labuhan. Mereka bersemangat tanpa pamrih,” jelas Yani. Hingga pertengahan tahun 2018 anggota kelompok tani Cemara Sejahtera bertambah menjadi 40an.
Keberhasilan ini berarti penting bagi PHE WMO bahwa kegiatan konservasi lingkungan di Labuhan memberikan citra positif bagi Pertamina. “Bahwa PHE WMO sebagai perusahaan migas BUMN yang patuh pada peraturan perundangan di Indonesia, berwawasan lingkungan, selalu peduli pada masyarakat sekitar,” terang Yani.
Sedangkan bagi masyarakat, manfaat keberadaan taman bakau mendorong warga untuk mendapatkan tambahan pendapatan dari hasil ekowisata yang dikembangkan karena tingkat kunjungan yang cukup tinggi. “Masyarakat yang datang tidak hanya masyarakat umum tetapi juga masyarakat dunia pendidikan mulai dari PAUD sampai perguruan tinggi. “Bahkan peneliti dan mahasiswa dari luar, waktu itu dari Ceko, datang untuk studi mangrove di sini,” jelas Yani.
Lebih lanjut Yani menyampaikan bahwa masyarakat menjadi kreatif dengan munculnya kegiatan tambahan seperti penanaman pepaya, budidaya kepiting soka, peternakan kambing etawa, dan pengolahan kopi bakau yang menambah pemasukan warga.
Hal senada diungkapkan oleh Supriyadi, kepala desa Labuhan. “Sejak desa ini mangrove-nya banyak dan tumbuh, jadi ramai. Banyak yang datang, kemah juga sering,” ujar Supriyadi. Supriyadi menyebutkan bahwa warga memperoleh pendapatan tambahan dari berjualan di sekitar kawasan mangrove, parkir, katering dan pelayanan wisata seperti homestay. “Pertamina kasih pelatihan, juga beberapa kali mengadakan acara khusus di sini, tamu-tamu menanam bibit mangrove, makan urab daun mangrove juga,” ujar Supriyadi.
Baca Juga : Ustaz Arifin Ilham Derita Kanker Nasofaring, Apa Saja Gejalanya?
Yani menambahkan bahwa kegiatan konservasi lingkungan hidup di Labuhan sangat berarti bagi PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore. “Dengan adanya kegiatan seperti ini (konservasi bakau dan ekowisata) PHE WMO berhasil meraih penghargaan tertinggi di bidang lingkungan Proper Emas untuk kedua kalinya secara berturut-turut dan semoga mendapatkan Proper Emas ketiga kalinya tahun ini dengan kegiatan konservasi lingkungan dan terumbu karang di pantai barat Labuhan tahun ini,” pungkas Yani ketika menjelaskan prestasi yang didapat oleh PHE WMO, yaitu penghargaan yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2016 dan 2017, penghargaan Penilaian Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Proper) kategori emas.
Penulis | : | Agni Malagina |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR