Dari bukti-bukti arkeologis, terdapat pergeseran hunian yang telah mengakibatkan pergeseran peta hunian dua ras. "Proses interaksi yang berlanjut memperlihatkan keturunan ras Australomelanesid, yang sekarang lebih dikenal sebagai populasi Melanesia, mengelompok di kawasan Indonesia Timur."
Pada perkembangannya, Mongolid (penutur Austronesia) menghuni kawasan Indonesia barat, sementara Austromelanesid bergeser sedikit demi sedikit menghuni kawasan Indonesia timur. “Ada interaksi pada dua populasi ini,” Truman berkata, “Ada kerukunan, ada kawin campur. Tidak hanya inteksi budaya, tetapi juga interaksi biologi.”
Namun demikian, desakan migrasi penutur Austronesia itu tidak sampai kepedalaman Papua. "Karakter Melanesia yang lebih asli dijumpai di pedalaman Papua."
Tampaknya, salah satu sebabnya, “sudah ada peradaban kuat yang menghuni Papua sebelumnya, seperti budaya pertanian sejak 9.000 tahun lalu—mengeringkan rawa dan bertanam tebu,” ujarnya. Truman menambahkan bahwa ada pendapat juga yang mengatakan, “mereka terbiasa hidup di pantai dan tidak terbiasa hidup di pedalaman.“
Jika kawasan Indonesia timur lebih banyak penghuni Melanesia, mengapa Maluku lebih Austronesia ketimbang Flores? Truman mengatakan bahwa para penutur Austronesia memiliki teknologi pelayaran tinggi, dan Maluku lebih mudah dijangkau dan strategis dalam pelayaran.
Namun, ujar Truman, “Melanesia meminjam budaya dari Austronesia berupa tradisi menginang, teknologi pembuatan kapak bundar, dan pembuatan tembikar.” Sementara, kebudayaan Melanesia yang tersebar dari Nusa Tenggara Timur, Papua, Kepulauan Solomon, New Caledonia, hingga Fiji adalah bentuk tradisi tenun, arsitektur rumah, dan pengolahan sagu.
“Indonesia dihuni oleh dua populasi terbesar,” kata Truman. “Dua populasi itu sudah punya sejarah yang panjang bahwa kedua populasi telah hidup berdampingan dan berinteraksi secara damai. Mestinya kedepan, dua hal penting yang perlu perhatian pemerintah yaitu pengentasan kemiskinan dan dunia pendidikan.”
Baca juga: Imunisasi Bayi di Tengah Hutan, Perjuangan Tenaga Kesehatan di Papua
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR