Para peziarah dari seantero dunia pernah berdatangan tak hanya untuk melihat bangunan bersejarahnya. Namun mendengar orang-orang berbicara bahasa Aram di jalanan. Namun perang sipil Suriah yang terjadi 2011 mengubah segalanya. Serangan kelompok yang berafiliasi dengan Al Qaeda di akhir 2013 memaksa warga Maalula mengungsi.
Pasukan pemerintah memang merebut desa itu pada April 2014 atau tujuh bulan setelah serangan. Namun para pengungsi Maalula masih kembali ke tempatnya. Zaarour menuturkan, banyak pengungsi Maalula yang tinggal di sekitar Damaskus dengan radius sekitar 55 kilometer atau lebih, di mana mereka belajar bahasa Arab dahulu.
Kepala desa Elias Thaalab mengatakan, mempertahankan bahasa Aram merupakan prioritas utama mereka. "Selama lebih dari 2,000 tahun, kami mempertahankan bahasa Yesus ini di hati kami," ujarnya. (Ardi Priyatno Utomo)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Inilah Maalula, Desa Suriah yang Masih Pakai Bahasa Kuno di Era Yesus"
Penulis | : | Ilario Di Nardo/GAR/Wikimedia Commons |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR