Nationalgeographic.co.id - Saat perayaan besar seperti Lebaran atau Natal, kita akan bertemu dengan banyak orang. Saat itu, mungkin akan terjadi obrolan basa-basi atau obrolan ringan seperti menanyakan kabar,p tentang kapan menikah dan lainnya.
Karena sering terjadi dan bahkan terkadang membuat tidak nyaman, kita pun akhirnya memutuskan untuk menghindarinya. Namun ternyata, obrolan seperti itu justru harus kita lakukan karena memiliki efek positif bagi kondisi emosional dan kemampuan sosial.
Sebuah studi di Chicago yang melibatkan 50 orang sukarelawan menemukan bahwa mengobrol atau berbicara dengan orang asing justru dapat membuat orang merasa senang. Tidak hanya itu, mereka juga menemukan bahwa mengobrol dengan orang asing dapat meningkatkan produktivitas.
Baca Juga: Sudah Tahu Guru Fotografi Mendiang Ibu Ani Yudhoyono? Mari Kita Berkenalan Sejenak
Pada orang yang sering kita temui tetapi tidak begitu dekat, obrolan ringan dapat berperan sebagai pembentuk dan penguatan ikatan sosial. Melalui hasil penelitian tersebut, orang yang menghabiskan waktunya berbincang dengan orang asing yang tidak dikenal sebelumnya merasa perjalanan mereka lebih menyenangkan.
Biasanya ketika berada di tempat ramai atau sedang berada di transportasi umum, orang akan saling mengacuhkan satu sama lain. Psikolog Nicholas Epley dari University of Chicago kemudian mengamati fenomena ini dan menemukan jawabannya yakni pluralistic ignorance.
Pluralistic ignorance merupakan sebuah kondisi ketika orang ingin mengobrol tetapi mereka beranggapan bahwa orang lain tidak ingin diajak bicara. Namun nyatanya, memulai obrolan ringan bukanlah hal yang mudah terutama dalam memilih topik.
Meskipun tidak suka membicarakan hal sepele seperti cuaca atau kejadian di berita, orang lebih memilih membicarakannya agar terhindar dari obrolan yang lebih personal atau sensitif.
Menurut psikolog Indiana University, Bernardo Carducci, saat kita memulai bersikap baik terhadap orang lain, mereka akan membalas kita atau orang lain dengan baik pula.
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk memulai pembicaraan menurut Carducci adalah dengan menyapa dan memperkenalkan diri terlebih dahulu serta bersikap ramah dan sopan. Selain itu kita baiknya tidak berusaha keras untuk terkesan lucu, pintar, apalagi merasa paling penting. Biarkan percakapan berlangsung alami begitu saja.
Dalam memilih topik, perhatikan kepribadian lawan bicara anda. Mulailah percakapan dengan membicarakan hal yang tidak asing seperti kejadian yang terjadi di lokasi tempat Anda bicara. Contohnya lebaran, Anda bisa membicarakan tentang pengalaman menarik dari lebaran sebelumnya.
Ketika obrolan tersebut berlanjut, Carducci menjelaskan bahwa kita tidak akan fokus pada penampilan atau suara kita melainkan fokus pada pendapat kita tentang topik pembicaraan.
Baca Juga: Mencemaskan, Rusa di Taman Nara Jepang Ditemukan Mati dengan 3,2 Kilogram Plastik di Perutnya
Hal lain yang tidak boleh dilakukan adalah mendominasi percakapan yang menjadikan Anda fokus utamanya. Sebaiknya kita justru perlu menjadi pendengar yang baik dan memperhatikan saat orang lain berbicara.
"Orang dengan kemampuan komunikasi yang buruk akan merasa bahwa ini giliran mereka bicara dan terus ddengan semangat mendominasi percakapan, tanpa sadar akan hal tersebut. Jika orang yang diajak bicara merasa benar-benar tertarik, mereka akan menanyakan hal tersebut pada Anda saat Anda berhenti bicara, tanpa perlu Anda katakan terus-menerus" ucap Carducci.
Namun jangan jadikan obrolan ringan menjadi sesuatu yang berat. Sebaliknya, obrolan ringan harus dibiasakan dan dijadikan rutinitas harian meskipun kemampuan sosial dan adaptasi lingkungan tiap orang berbeda.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Nathania Kinanti |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR