Melukis wajah bagi orang Huli memang dilakukan saat ritual peperangan dan pra-dan pasca-perang.
Namun, mereka juga menerapkan riasan itu untuk pertemuan khusus lainnya, acara musiman, dan kegiatan ritual, seperti saat melakukan tarian spiritual dan upacara inisiasi.
Upacara inisiasi sangat penting karena menandai ritus peralihan dari anak ke orang dewasa dalam suku.
Selama acara ini, para pria mengambil peran utama untuk membuat desain wajah yang indah dan rumit.
Baca Juga: Kematian Seorang Warga Picu Pembantaian 292 Buaya di Papua Barat
Namun, selama tarian, yang disebut sebagai mali , orang dewasa dan anak-anak, termasuk wanita juga menggunakan riasan yang dikenakan di seluruh pertunjukan.
Warna latar untuk riasan wajah Huli biasanya terbuat dari tanah liat kuning yang disebut ambua.
Warna putih juga terkadang digunakan sebagai latar belakang untuk desain, dan minyak pohon bening, mbagwa , juga kadang-kadang digunakan sebagai penghapus.
Sementara susunan ini memiliki akar historis dan penting bagi ritual dan kegiatan budaya khusus Huli, dalam beberapa tahun terakhir, Huli telah menjadi subjek sirkuit wisata yang dijalankan secara lokal.
Untuk menenangkan atau menghibur para pelancong, Huli sekarang sering menggunakan warna yang kurang tradisional menggunakan cat akrilik dan bahan yang tidak terlalu tradisional.
Selain itu, alih-alih menggunakan riasan wajah untuk kegiatan tradisional, banyak yang memakai riasan wajah setiap hari sebagai bentuk pertunjukan bagi wisatawan.
Source | : | Intisari.grid.id |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR