Nationalgeographic.co.id - Menurunnya populasi disebabkan munculnya konflik antara manusia dengan orangutan. Dan celakanya menimbulkan kematian bagi orangutan.
Semakin berkurangnya populasi yang mencapai lebih dari 50 persen ini juga disebabkan adanya perdagangan dan pemeliharaan orangutan.
Populasi orangutan yang berada di hutan Kalimantan Barat (Kalbar) kritis. Hingga saat ini jumlah orangutan di Kalbar hanya tinggal 20.330 ekor. PO Manager Protected Areas and Community Conserved Area (CCA) WWF Indonesia, Albertus Tjiu mengatakan, terancamnya populasi orangutan di Kalbar tak terlepas dari fragmentasi habitat karena konversi hutan menjadi perkebunan, kebakaran hutan dan penebangan liar.
Baca Juga: Habitatnya Rusak, Populasi Orangutan Kalimantan Semakin Kritis di 2019
"Dalam 100 tahun ke depan, populasi orangutan diperkirakan hanya tinggal 38 persen," kata Tjiu, Rabu (21/8/2019).
"Saat ini status orangutan Kalimantan, naik statusnya dari genting (endangered) menjadi kritis (critically endangered) berdasarkan daftar merah IUCN tahun 2016," ungkapnya.
Tjiu menyebut, dari 20.330 individu orangutan di Kalbar, 4.520 individu merupakan sub spesies pongo pygmaeus pygmaeus dan 15.810 sub spesies pongo pygmaeus wurmbii. "Individu-individu ini tersebar di dalam dan luar kawasan konservasi yang ada di Kalbar," sebutnya.
Baca Juga: Rayakan Momen Lulus Sekolah, Lihat Foto-foto Momen Kebahagiaan Orangutan Sumatra di Habitatnya
Secara umum, orangutan di Pulau Kalimantan mencapai 57.350 ekor. Mereka tersebar di habitat seluas 181.692 kilometer per segi, yang mencakup Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Sarawak – Malaysia.
Baca Juga: Cara Ilmuwan Selamatkan Orangutan dengan Teknologi Kamera Canggih
Sedangkan, berdasar data terakhir pada tahun 2017, total individu orangutan di Indonesia dan Malaysia mencapai 71.000 ekor. Kematian orangutan bisa dicegah jika seluruh masyarakat berkontribusi untuk menjaga dan menaikkan populasi orangutan. (Hendra Cipta/Kompas.com)
Penulis | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR