Menanggapi keseragaman fenomena awan topi yang terbentuk di waktu yang sama ini, astronot amatir Marufin Sudibyo menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi karena gunung menghadapi terpaan angin lokal.
"Awan ini disebut awan lentikular. Mereka terbentuk bersamaan karena pada saat yang sama, gunung-gunung itu menghadapi terpaan angin lokal pada situasi udara yang relatif lembab dan bersuhu lebih dingin," ujar Marufin saat dihubungi, Minggu (6/10/2019).
Baca Juga: Air Sawah Mendidih di Purbalingga, Apa Penyebab Fenomena Ini?
Marufin mengungkapkan, awan lentikular merupakan awan stasioner (tak bergerak/menetap di satu tempat) yang terbentuk saat aliran udara menubruk satu penghalang besar, sehingga membentuk pusaran stasioner.
Adapun penghalang yang dimaksud bisa berupa puncak gunung, bisa berupa kawasan dengan tekanan udara lokal lebih tinggi.
"Di pusaran itulah awan terbentuk, yang bisa bertahan mulai beberapa jam hingga berhari-hari kemudian," ujar Marufin.
Penulis | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR