Pertanda badai
Tak hanya itu, Marufin juga mengungkapkan bahwa pada umumnya awan lentikular terbentuk saat pagi hari atau sore hari, di mana udara cenderung lebih dingin. Namun, awan lentikular pun bisa terjadi pada siang hari asal kondisi pembentukannya terpenuhi.
Kemudian, ia menyampaikan bahwa suhu dingin ini tidak ada batasan ketat, selama udara itu lebih dingin dari kadar normal.
"Karena lebih dingin, jadi lebih mudah berkondensasi (mengembun)," ujar Marufin.
Baca Juga: Coral Bleaching, Fenomena Hilangnya Warna Indah Terumbu Karang
Selain itu, Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala Putra mengatakan, awan jenis lentikular atau altocumulus lenticular ini dapat berada pada lokasi yang sama dalam periode yang lama.
Sebab, adanya dukungan udara yang naik di atas pegunungan secara berkelanjutan yang terkondensasi dan menghasilkan awan. Meski terlihat indah, awan lentikular dinilai berbahaya.
Pasalnya, kehadiran awan ini di puncak gunung menandakan sedang terjadi embusan angin setaraf badai. Bagi pesawat, pusaran angin yang membentuk awan lentikular ini berbahaya, karena bersifat turbulance yang membuat pesawat terguncang hingga kehilangan altitude dengan cepat.
Meski begitu, Agie mengungkapkan bahwa fenomena ini tidak berbahaya bagi pendaki, karena tidak terjadi badai di sekitar awan tersebut. Tetapi, ia mewaspadai suhu udara yang cenderung lebih dingin dari biasanya menjadi salah satu penyebab pembentukan awan lentikular ini.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Fenomena Topi Awan yang Terjadi Serentak di 4 Gunung, Ada Apa?"
Penulis | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR