Ketika bekerja dengan benar, proses inflamasi ini diatur dengan ketat dan hanya terbatas pada area yang terinfeksi. Namun terkadang, sistem kekebalan tubuh Anda rusak dan sel-sel itu akhirnya membunuh apa pun yang ada di depan mereka, termasuk jaringan sehat Anda.
“Jadi, Anda mendapat lebih banyak kerusakan dibanding respons imun,” kata Frieman. Saat ada lebih banyak puing yang menyumbat paru-paru, pneumonia pun semakin memburuk.
Dalam fase ketiga, kerusakan paru-paru terus berlanjut—yang dapat menyebabkan kegagalan pernapasan. Bahkan jika kematian tidak terjadi, beberapa pasien akan mengalami kerusakan paru-paru permanen.
Perut
Selama wabah SARS dan MERS, hampir seperempat pasien memiliki diare. Namun, Frieman mengatakan, masih belum jelas apakah gejala gastrointestinal memainkan peran besar dalam COVID-19—mengingat kasus diare dan sakit perut masih langka.
Lalu, mengapa virus pernapasan bisa mengganggu pencernaan?
Ketika virus apa pun masuk ke dalam tubuh, ia mencari sel manusia dengan pintu favoritnya—protein di luar sel yang disebut reseptor. Jika virus menemukan reseptor yang cocok pada sebuah sel, ia akan menginfeksinya.
Beberapa virus cenderung pemilih, tetapi yang lain sedikit lebih bebas. “Mereka dapat dengan mudah masuk ke berbagai tipe sel,” kata Anna Suk-Fong Lok, asisten dekan untuk penelitian klinis di University of Michigan Medical School sekaligus mantan presiden American Association for the Study of Liver Diseases.
Baik virus SARS dan MERS, keduanya dapat mengakses sel yang melapisi usus besar dan kecil kemudian menginfeksinya. Itu berpotensi menyebabkan kerusakan atau kebocoran cairan yang menjadi diare.
Meski begitu, Frieman mengatakan, peneliti belum tahu apakah novel coronavirus melakukan hal yang sama. Para ilmuwan yakin, COVID-19 menggunakan reseptor yang sama dengan SARS dan ‘pintu’-nya dapat ditemukan di paru-paru dan usus kecil.
Dua studi--dipublikasikan pada New England Journal of Medicine dan medRxiv yang melibatkan 1.099 kasus—juga telah mendeteksi virus pada sampel tinja, yang mungkin mengindikasikan bahwa virus bisa menyebar melalui kotoran manusia. Namun, hasil ini masih jauh dari konklusif.
Source | : | Amy Mckeever/National Geographic |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR