Nationalgeographic.co.id - Baru-baru ini para ilmuwan membedah makam perempuan bangsawan yang kaya di Xi’an yang meninggal sekitar 2000 tahun yang lalu. Perempuan tersebut bernama Cui Shi. Ia dimakamkan bersama keledainya.
Penemuan keberadaan keledai di makam perempuan elit, menunjukan bahwa hewan tersebut sangat penting bagi Cui Shi. Para ilmuwan beranggapan, keledai Cui Shi adalah hewan yang digunakan untuk pertandingan polo pada masanya.
Fiona Marshall, salah satu peneliti dari University of Washington mengatakan bahwa manusia menilai keledai (Equus asinus) sebagai hewan yang sulit dijinakan. Namun, keledai liar Afrika (Equus africanus), leluhur keledai, tak kalah menawan dan anggun jika dibandingkan kuda untuk dipakai bermain polo yang populer di Tiongkok pada masa itu.
Baca Juga: Ilmuwan Merekonstruksi Tengkorak Dinosaurus di dalam Fosil Telur
Sejumlah cerita dari Dinasti Tang (6 hingga 907 Masehi) menyatakan bahwa para bangsawan menggunakan pertandingan polo sebagai kesempatan untuk membunuh musuh-musuhnya. Suami Chu Shi sendiri diketahui kehilangan matanya saat pertandingan polo.
Para peneliti menyebutkan bahwa keledai kesayangannya tersebut dikorbankan dan ditempatkan di makam pada saat kematian Chu Shi pada 878 M. Keledai tersebut disebutkan bahwa telah dirawat dengan baik oleh pemiliknya berdasarkan tulisan yang diukir di bilik makam Chu Shi.
“Mungkin agar dia bisa terus bermain polo keledai di akhirat,” tulis para peneliti dalam laporan penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Antiquity.
Ketika makam pertama kali ditemukan pada 2012, awalnya peneliti mengira keledai tersebut merupakan hewan pengangkut barang. Namun, saat tulangnya diteliti, mereka mengungkapkan bahwa keledai tersebut lebih kecil dari keledai umumnya. Tulang kakinya juga lebih tebal.
Ini menandakan bahwa hewan ini dibesarkan untuk mengangkat beban berat dengan kecepatan lambat tapi juga lincah.
Baca Juga: Tengkorak 'Broken Hill' Mengevaluasi Proses Evolusi Manusia Modern
Temuan ini membuat para peneliti yakin bahwa keledai itu dikendarai selama pertandingan polo. Buktinya, para peneliti menyebutkan, bahwa keledai tersebut saat mengubah arah ia akan berhenti dan kemudian berubah dengan kecepatan yang tinggi.
“Mengingat pentingnya polo pasa masa dan tempat tersebut, juga melihat kalangan keluarganya (Cui Shi), serta pergerakan yang tidak biasa dari keledai ini, kami menyimpulkan itu sangat mungkin digunakan untuk polo,” terang Marshall.
Source | : | cambridge.org,Live Science |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR