Penemuan kami cukup mengejutkan. Kami menemukan bahwa sebenarnya ekor sperma bentuknya miring dan hanya bergoyang di satu sisi. Meskipun ini berarti gerakan satu sisi sperma membuatnya berenang secara berputar-putar, sperma telah menemukan cara cerdas agar dapat beradaptasi dan bisa berenang ke arah depan: mereka berguling saat berenang, seperti cara berang-berang (mamalia laut) berputar di air. Dengan cara ini, gerakan dari salah satu sisi sperma yang miring akan menyeimbangkan sisi lainnya yang tidak bergerak, membuat sperma dapat berputar sehingga memungkinkannya untuk bergerak maju.
Gerakan berputar sperma yang cepat dan sangat tersinkronisasi dapat menghasilkan sebuah ilusi jika dilihat dari atas menggunakan mikroskop 2D, sehingga tampak bahwa ekor sperma bergerak dari sisi ke sisi. Namun, penemuan ini menunjukkan bahwa sperma telah mengembangkan sebuah teknik berenang untuk mengatasi ketidakseimbangan mereka. Sperma juga telah memecahkan teka-teki matematika: dengan menciptakan simetri dari asimetri.
Tubuh dan ekor sperma berputar pada saat yang bersamaan dan berputar mengelilingi arah ke mana mereka harus berenang. Sperma menembus ke dalam cairan layaknya gasing, mereka memutar mengelilingi tubuh mereka sendiri dengan sumbu miringnya yang berputar di sekitar pusat sperma. Dalam ilmu fisika, ini dikenal sebagai presesi, seperti halnya presesi ekuinoks di bumi ini.
Computer-Assisted Semen Analysis (CASA), yang digunakan saat ini, baik di klinik maupun untuk penelitian, masih menggunakan tampilan 2D dari pergerakan sperma. Seperti mikroskop pertama Leeuwenhoek, mereka masih rentan terhadap ilusi simetri saat menilai kualitas sperma. Simetri (atau ketiadaan simetri) adalah salah satu ciri yang dapat mempengaruhi kesuburan.
Baca Juga: Anjing Dapat Mendeteksi Virus Corona dengan Akurasi Menakjubkan
Kisah ilmiah tentang ekor sperma tentunya akan tetap mengikuti perkembangan dari berbagai bidang penelitian lainnya. Kemajuan dalam memahami pergerakan sperma sangat bergantung pada perkembangan teknologi di bidang mikroskop, kemampuan merekam, dan saat ini, ditambah dengan pemodelan matematika dan analisis data. Teknologi mikroskop 3D yang dikembangkan saat ini mungkin saja dapat mengubah cara kami menganalisis cairan sperma pada masa depan.
Penemuan terbaru sejak digunakannya teknologi mikroskop 3D yang dikombinasikan dengan matematika, dapat memberikan harapan baru untuk membuka rahasia lainnya dari reproduksi manusia. Dengan lebih dari separuh dari kasus ketidaksuburan disebabkan oleh faktor laki-laki, maka dari itu, memahami ekor sperma manusia sangat penting sebagai alat diagnostik pada masa mendatang untuk mengidentifikasi sperma yang tidak sehat, dan meningkatkan kesuburan.
Penulis: Hermes Gadêlha, Senior Lecturer in Applied Mathematics and Data Modelling, University of Bristol
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR