Sungai ini berada di bawah air terjun Saluopa, sekitar 100 meter. Ditemukan ikan Nomorhamphus celebensis di sini.
“Ikan tersebut kerap menjadi parameter bahwa keadaan sungai atau perairan masih terjaga atau bersih. Sebab, Nomorhamphus celebensis sangat rentan dengan perubahan kondisi perairan, baik secara kimiawi maupun biologis,” papar Kurniawan.
Menurut Kurniawan, ada beberapa masalah yang kerap mengancam hewan endemik di Danau Poso. Yang pertama adalah zona transisi yang berubah fungski akibat ditanggul. Ini dapat menghalangi siklus transisi musim hujan dan musim kemarau.
Selain itu, sama seperti danau lainnya, di Danau Poso juga terdapat ikan introduksi—yakni ikan yang baik sengaja atau tidak sengaja masuk ke kawasan danau. Spesies tersebut akhirnya menjadi invasif dan populasinya jadi lebih banyak dibanding hewan endemik danau Poso.
“Contohnya adalah niasa (Melanochromis auratus) yang diintroduksi dari Danau Malawi di Afrika. Sekarang jumlahnya sangat dominan dan melebihi spesies asli Danau Poso,” jelas Kurniawan.
Spesies darat
Selain binatang perairan, di sekitar Danau Poso juga terdapat biota endemik lainnya. Ada kuskus (Ailurops ursinus), burung alo (Rhticeros cassidix), serta babi hutan.
Sayangnya, akhir-akhir ini, kuskus sering dikonsumsi oleh masyarakat sekitar. BKSDA Sulawesi Tengah sendiri agak kerepotan menangani masalah ini.
Begitu pula babi hutan yang kerap diburu masyarakat dan diangap hama. Padahal, sebenarnya babi hutan ini bukan hama, tapi manusia lah yang sudah menginvasi wilayah hutan dan mengganggu habitat mereka,
Sementara itu, tumbuh-tumbuhan di sekitar Danau Poso meliputi jongi (Dillenia Celebica), kayu hitam, lauto (Calamus zollingeri), dan kacang hutan (Macadamia hidebrandii). Tanaman-tanaman tersebut juga kini terancam akibat deforestasi demi pembukaan lahan untuk permukiman.
Hasilkan Energi Melimpah dari Tenaga Angin, Skotlandia Siap Ekspor Hidrogen Besar-besaran
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR