Baca Juga: Kecerdasan Buatan Dapat Menebak Kepribadian Anda Hanya Lewat Tatapan
Belakangan, robot telah menggantikan manusia dalam menyelesaikan pekerjaan rumit dan berbahaya, atau dalam ruang yang terbatas. Manusia juga telah mempercayakan kepada robot penjelajahan kedalaman samudra sampai menembus batas antariksa.
Baru-baru ini National Institute of Advanced Industrial Science and Technology di Jepang sedang merancang setiap robot sesuai tugasnya menurut kebutuhan orang yang bekerja bersamanya. Robot yang sedang dirancang itu bernama HRP-5P, setinggi 182 sentimeter berbobot 101 kilogram. Ia memiliki lengan, kaki, dan kepala untuk menangani beban berat seperti lokasi konstruksi dan galangan kapal. Lembaga itu juga merancang robot keamanan SQ-2 yang tidak memiliki tangan dan kaki. Tingginya 130 sentimeter dan bobotnya hanya 65 kilogram. Bentuknya mengakomodasi kamera 360 derajat, sistem pemetaan laser, dan komputer untuk patroli sendiri.
Fluidics Instrumen di Eindhoven, Belanda, karywana bekerja dengan tujuh lengan robot perakit suku cadang untuk pembakaran gas dan minyak. Robot ini mampu beradaptasi dengan cepat, baik terhadap perubahan spesifikasi maupun tugas baru.
Di Porderoijen, Belanda, tiga robot ISO Group menanam 18.000 bibit bunga yang baru saja mulai tumbuh setiap jamnya. Sementara itu masih di negeri kincir angin, robot Lely Astronaut A4 di sebuah peternakan sapi di Katwoude. Robot akan memindai kalung sapi dan memberinya camilan, baik saat sapi ingin diperah maupun tidak ingin diperah. Mesin akan melakukan pemerahan secara otomatis.
Robot ANYmal asal Swiss memiliki kemampuan menaiki tangga, menapaki diantara puing, atau merangkak melalui ruang sempit. Ia diproyeksikan untuk membantu manusia di area berbahaya atau sulit dijangkau, misal area yang terkontaminasi limbah radioaktif atau bahan kimia.
Di Medical City Heart Hospital, Dallas, Amerika Serikat, perawat bekerja dengan Moxi. Robot ini mampu belajar lalu melaksanakan tugas. Ia menjauhkan perawat dari pasien, seperti mengirim sampel lab dan mengeluarkan kantong seprai.
Awalnya robot digunakan sebagai “pekerja kasar” untuk merakit mobil sampai merakit cip. Kini robot diproyeksikan melakukan “pekerjaan halus” seperti merawat orang tua atau pasien. Sebagian orang khawatir bahwa penggunaan robot akan meningkatkan pengangguran—kekhawatiran yang mungkin bermula sejak pentas R.U.R.
Seabad berselang sejak pementasan R.U.R perdana di Praha, kehadiran robot bukanlah fiksi ilmiah, melainkan bagian dari realita kehidupan di Bumi. Robot adalah salah satu bagian pencapaian manusia. Perkembangan robot berteknologi keceradasan buatan semakin mendorong manusia ke batas kemungkinan pencapaiannya. Akankah robot kian menyerupai manusia?
Rabindranath Tagore, guru bangsa dan penyair asal India, pernah mengatakan, “Fakta-fakta yang paling manusiawi dari semua fakta tentang kita adalah bahwa kita memang bermimpi mencapai tak terhingga.”
Kini, kita tiba dalam suatu era yang memungkinkan manusia dan mesin bermitra. Kita pun berlomba meningkatkan kemampuan diri dalam persaingan teknologi kecerdasan buatan. Kehadiran robot-robot dalam lingkungan rumah adalah sebuah keniscayaan. Aplikasi asisten daring seperti Siri dari Apple, Alexa dari Amazon, atau Replika dari Luka yang berbais di Moskow dan San Fransisco. Chatbot ini memungkinkan kita bercakap-cakap dengan peranti berkecerdasan buatan.
Namun, sampai sejauh ini mereka belum memiliki kemampuan menulis sastra layaknya Rabindranath Tagore.
Baca Juga: Seperti Film Fiksi, Robot Cerdas Bantu Mencari Kehidupan Planet Asing
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR