Nationalgeographic.co.id—Tim peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan penemuan fosil Stegodon, gajah purba raksasa, di wilayah Sumedang, Jawa Barat, sudah semakin lengkap. Sebelumnya, temuan sepasang gading dari gajah purba raksasa itu sempat menghebohkan publik tanah air pada akhir tahun 2018 lalu ketika diumumkan secara resmi oleh pihak ITB.
Saat ini para peneliti sudah menemukan hampir semua bagian fosil dari tubuh Stegodon itu. Tidak hanya dua gadingnya, tapi juga bagian-bagian tubuh lain yang hampir lengkap.
“Boleh dikatakan 85 persen dari rangka Stegodon itu sudah ditemukan. Baik tulang pinggul, tulang belakang, rusuk, bagian kepala, bahkan sampai jari-jarinya sudah kami dapatkan," kata Jahdi Zaim, Guru Besar Geologi ITB yang memimpin tim penelitian tersebut, saat dihubungi National Geographic Indonesia pada awal 2021. Menurut Zaim, bagian-bagian yang sudah ditemukan ini sudah dapat menggambarkan bentuk tubuh Stegodon tersebut secara keseluruhan.
“Yang belum ditemukan adalah potongan-potongan tulang seperti rusuk. Rusuk itu kan jumlah lengkapnya sekitar 20-23 buah untuk satu sisi. Yang kami temukan itu total ada 27. Berarti masih kurang beberapa. Kemudian tulang punggung itu kan harusnya berapa ruas sampai lengkap, itu kami tidak lengkap. Tetapi untuk itu bisa kami rekonstruksi dengan menggunakan material lain. Begitu juga ekor. Ruas tulang ekor kan panjang, yang kami temukan ada beberapa. Jadi bisa kami rekonstruksi.”
Peneliti senior yang kini menjabat sebagai Kepala Laboratorium Paleontologi ITB itu menjelaskan bahwa penggalian dan pengangkatan bagian-bagian fosil Stegodon dikerjakan dalam beberapa tahap atau kunjungan sejak tahun 2018. Pertama pada April 2018 dan September 2019, terakhir pada Agustus 2020 untuk pendataan geologi yang lebih rinci. Meski digali dalam beberapa kali kunjungan, tim peneliti meyakini bagian-bagian fosil itu merupakan milik dari individu Stegodon yang sama karena lokasi tempat penemuannya sama.
“Lokasi tepatnya sebenarnya ada di wilayah Sumedang, Jawa Barat. Di perbatasan antara Sumedang dan Majalengka. Tetapi karena kami lebih familiar dengan Majalengka dan lokasi itu lebih dekat dengan kota Majalengka, jadi sebelumnya kami mengatakan bahwa fosil itu ditemukan di Majalengka,” papar Zaim. Lokasi penemuan itu berada di sebuah sungai yang dikelilingi oleh kebun-kebun.
Zaim mengatakan timnya kini sedang menunggu hasil rekonstruksi dari Museum Geologi Bandung serta hasil analisis kuantitatif dari laboratorium luar negeri mengenai umur fosil Stegodon tersebut. Rencananya, setelah rekonstruksi atas bagian-bagian fosil itu selesai dilakukan, fosil utuh Stegodon tersebut akan ditampilkan atau dipamerkan di ITB.
Adapun bila analisis kuantitatif terkait umur fosil itu telah rampung, tim riset Zaim akan segera mengirimkan laporan lengkap hasil penelitian mereka ke jurnal internasional. “Kami sudah melakukan analisis kualitatif. Materinya sudah siap. Hanya tinggal menunggu hasil analisis kuantitatif melalui metode penanggalan radiometrik itu.”
Baca Juga: Fosil Mengungkapkan Tidak Semua Hewan Bertaring Tajam Adalah Pemangsa
Penanggalan radiometrik adalah teknik yang digunakan untuk mengetahui usia pada berbagai benda, yang biasanya didasarkan pada perbandingan antara banyaknya isotop radioaktif alami yang ada dengan produk-produk hasil peluruhannya, dengan menggunakan tingkat peluruhan yang telah diketahui.
Seharusnya, proses analisis kuantitatif dan rekonstruksi bagian-bagian fosil dari spesies bernama ilmiah Stegodon trigonocephalus itu dijadwalkan selesai pada 2020 lalu. Namun karena adanya pandemi Covid-19 yang hingga saat ini masih menggegerkan dunia, kedua proses tersebut jadi tertunda dan berjalan lambat. Namun begitu, tim peneliti ITB optimistis hasilnya bisa keluar pada tahun 2021 ini
Hal serupa juga dikatakan Iwan Kurniawan, Kepala Museum Gelogi Bandung. “Iya, kami harapkan proses rekonstruksi fosil Stegodon bisa selesai tahun ini,” ujarnya saat dihubungi National Geographic Indonesia secara terpisah pada awal tahun 2021 ini. Iwan mengatakan proses rekonstruksi terhambat karena museum sempat ditutup dan kini ada kebijakan hanya 25% pegawai yang boleh masuk.
Dari hasil analisis kualitatif yang telah dilakukan, tim peneliti ITB telah mengidentifikasi ciri-ciri Stegodon tersebut. Berdasarkan 85% bagian fosil yang telah ditemukan, Stegodon tersebut diperkirakan berukuran sangat besar.
“Tingginya bisa 4 meter lebih, panjangnya dari ujung gading sampai ekor itu sekitar 6-7 meter, dan lebarnya sekitar 2,5 sampai 3 meter,” papar Zaim yang menyebut panjang lurus dari bagian gading yang ditemukannya saja mencapai 3,3 meter, sedangkan panjang lengkungnya mencapai 3,6 meter.
Baca Juga: Peneliti ITB Temukan Gading Stegodon Berusia 1,5 Juta Tahun di Majalengka
Berdasarkan bentuk dan ukuran bagian-bagian fosil itu pula, Stegodon tersebut ditaksir telah mencapai umur dewasa, bahkan tua, ketika mengembuskan napas terakhirnya. Mika Rizki Puspaningrum, peneliti yang juga terlibat dalam tim riset Stegodon ini, sebelumnya pernah menjelaskan bahwa ujung kedua gading Stegodon tersebut besar dan sudah sangat aus sehingga besar kemungkinan spesies tersebut sudah tua ketika mati.
“Karena kalau dia masih muda, gadingnya itu akan bulat bagian depannya,” ujarnya. “Jadi, dia semakin tua itu, semakin pipih bagian ujung gadingnya. Jadi terpoles gitu.” Kedua ujung gading Stegodon itu bisa sangat aus karena “sering kegesrek dipakai untuk nyari makanan” dan “sering dipakai untuk bertarung.”
Berdasarkan lapisan tanah tempat penemuannya, fosil itu diperkiran berusia sekitar 1,5 juta tahun. Artinya, gajah purba setinggi empat meter dan sepanjang enam atau tujuh meter yang pernah hidup di wilayah Indonesia, tepatnya di Sumedang. Stegodon itu kemungkinan besar memiliki kelompok sehingga berarti ada gajah-gajah purba raksasa lainnya yang tinggal di Jawa Barat kala itu.
Baca Juga: 28 Fragmen Fosil Gajah Purba Stegodon Ditemukan Di Wilayah Pati
Source | : | Institut Teknologi Bandung |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR