Rumah Letnan Arab berada di Kampong Arab Ternate. Yang menarik, Kampong Arab ini berada di dalam Kampong Cina Ternate. Selain Kampong Arab, dulu ada juga Kampong Palembang di dalam Kampong Cina Ternate ini. Hanya saja, kini orang-orang Palembang sudah pergi dan tak menghuni kampung itu lagi. Wilayah Kampong Palembang kini sudah berganti wajah menjadi pusat perniagaan dengan banyak bangunan pertokoan dan bank yang berdiri di atasnya.
Baca Juga: Selidik Kampong Cina Ternate, Kampung Tua di Jantung Kepulauan Rempah
Dahulu para pedagang dari Cina, Arab, Melayu, India, Palembang, dan Makassar terbiasa hidup berbaur bersama orang-orang asli Ternate. Namun setelah kedatangan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) Belanda, para pedagang dari Asia itu kemudian dipaksa untuk tinggal secara berkelompok sesuai komunitas etnis masing-masing di tempat-tempat yang terpisah satu sama lain, yang kini dikenal sebagai kampong-kampong.
VOC sejak awal memiliki niat buruk memonopoli perdagangan rempah dari Ternate. Padahal, sebelum bangsa Eropa itu datang ke Ternate, para pedagang asli Ternate sebenarnya telah terbiasa menjalin transaksi rempah dengan pedagang-pedagang dari Nusantara, Tiongkok, India, dan Arab. Tak ada dari mereka yang memiliki niat rakus untuk memonopoli perdagangan rempah dari Ternate ini seperti bangsa Eropa.
“Pembagian kampong-kampong ini baru terjadi pada awal abad ke-17. Awal ketika Benteng Oranje mulai dibangun (oleh VOC). Jadi ketika Benteng Oranje dibangun, 1606, di situlah para pedagang-pedagang tadi dikumpulkan di sekitar benteng,” tutur Maulana Ibrahim, dosen arsitektur di Universitas Khairun dan pendiri Ternate Heritage Society di acara "Avontur Daring Kampong Cina Ternate dan Sekitarnya: Perjalanan yang Mengungkap Kisah di Balik Toponimi Kampung-kampung Tua di Jantung Kepulauan Rempah" pada Sabtu (13/2/2021) sore.
Baca Juga: Ko Ngian: Imlek di Bangka, Harapan Baru Buang Debu-Debu yang Kotor
VOC membagi wilayah masing-masing kampong dengan lokasi-lokasi yang dekat dari Benteng Oranje. Pembagian kampong-kampong ini dilakukan oleh VOC agar mereka bisa dengan mudah mengawasi dan mengontrol para pedagang dari Asia tersebut.
“Jadi kota Ternate tuh dibagi-bagi seperti orang membagi pizza. Di bagian utara Banteng Oranje adalah jatahnya Kampong Makassar,” Maulana mencontohkan.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR