Nationalgeographic.co.id— Cerita penjelajahan mengunjungi gunung tertinggi di bumi mungkin sudah biasa kita dengar dan sudah ada sejak bertahun-tahun lalu. Namun cerita penjelajahan ke titik terdalam dari lautan di bumi, tampaknya baru pada setahun belakangan ini kita dengar.
Sang penjelajah yang melakukan perjalanan ekstrem tersebut bernama Richard Garriott. Presiden dari perkumpulan The Explorers Club itu berhasil menyelesaikan penyelaman ke Challenger Deep, titik terendah di Bumi, pada 1 Maret 2021 bersama rekannya yang bernama Michael Dubno.
Challenger Deep berada di dalam Palung Mariana, palung terdalam di bumi. Palung yang memiliki kedalaman hingga 10.911 meter ini terletak di dasar laut sebelah timur Kepulauan Mariana dan di sebelah barat Samudra Pasifik, dekat dengan Jepang dan Pulau Guam.
Garriott melakukan penyelaman ke titik terdalam bumi itu dengan menggunakan Limiting Factor, kendaraan selam yang dikembangkan dan didanai oleh penjelajah bawah laut Victor Vescovo. Dengan menggunakan kapal selam yang sama, Vescovo dan mantan astronaut NASA Kathy Sullivan juga pernah menyelam ke Challenger Deep pada Agustus 2020.
"Saya orang pertama yang pergi dari kutub ke kutub, luar angkasa, dan Challenger Deep. Dan saya merupakan orang kedua --atau laki-laki pertama-- yang pernah pergi ke luar angkasa lalu ke Challenger Deep," kata Garriott dalam wawancaranya dengan collectSPACE.
Baca Juga: Kisah Suster Ann Nu Thawng, Berlutut agar Demonstran Tak Ditembaki
Richard Garriott selama ini memang dikenal sebagai penjelajah, selain juga merupakan pengusaha dan pengembang video game di bawah bendera perusahaan Portalarium yang antara lain melahirkan game Shroud of the Avatar: Forsaken Virtues. Ia juga merupakan putra dari astronaut NASA yang bernama Owen Garriott.
Sebelum mencapai titik terdalam bumi, Richard Garriott pernah mengunjungi kutub utara dan kutub selatan. Ia juga pernah mengunjungi luar angkasa dalam misi Soyuz TMA-13 pada 2008 sebagai astronaut pribadi, bukan direkrut oleh badan antariksa negara manapun.
Dalam wawancaranya dengan collectSPACE, Garriott mengaku sangat takjub dengan kemampuan kendaraan selam Limiting factor. "Yang menarik dari (menyelam dengan) Limiting Factor adalah kedalamannya akan lebih dari dua kali lipat dari yang pernah saya alami sebelumnya dan, ternyata, itu jauh lebih sulit," tuturnya.
Selain itu, kata Garriott, sebelumnya tidak ada peralatan yang dapat beroperasi pada setengah kedalaman dari kedalaman yang bisa dicapai Limiting Factor. "Jadi untuk menemukan atau membuat peralatan (untuk dipakai dalam Limiting Factor) yang dapat beroperasi pada kedalaman dua kali lipat itu lebih sulit. Mereka harus mengatasi beberapa masalah teknik yang luar biasa, dimulai dengan cara menjaga agar penumpang tetap hidup."
Baca Juga: Orang Berjiwa Petualang Cenderung Lebih Sehat
Garriott juga mengatakan bahwa ruang di dalam kapal selam Limiting Factor itu cukup sempit. "Lambung titanium setebal 9 sentimeter itu merupakan kendaraan terkecil yang pernah saya masuki, meskipun terasa lebih lapang daripada Soyuz [pesawat luar angkasa Rusia] karena lebih sedikit orang dan material di dalamnya. Jadi Anda benar-benar merasa sangat nyaman, tetapi diameter interiornya hanya mulai dari sekitar 1,46 meter dan menyusut menjadi sekitar 1,4 meter seiring bertambahnya tekanan di luar."
Ia menambahkan, "Suhu juga berubah dari cukup hangat di permukaan di sini di daerah tropis [dekat Guam] menjadi hampir membeku saat Anda turun ke kedalaman. Itu menjadi lebih dingin dan lebih dingin."
Semakin mencapai bagian Palung Mariana yang semakin dalam, cahaya dari atas permukaan laut segera menghilang. "Sebagian besar kapal selam lain di dunia beroperasi dalam jarak beberapa ratus meter dari permukaan di mana umumnya masih ada sedikit cahaya yang masih tersedia. Yang satu ini turun begitu cepat dan begitu jauh sehingga menjadi benar-benar gelap gulita di luar viewport hanya beberapa saat setelah Anda berangkat dan karenanya Anda jatuh melalui kegelapan yang pekat untuk sebagian besar dari empat jam turunan."
Seperti yang telah direncanakan dalam penyelaman ini Garriott berusaha turun terlebih dahulu tepat ke bagian terdalam dari palung bagian timur, yang merupakan bagian terdalam dari Palung Mariana. Itu ia lakukan "untuk membuat ceklis bahwa kami telah mencapai titik terdalam dan meninggalkan geocache (penanda keberadaan), yang mana kami telah melakukannya."
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Makhluk Aneh yang Hidup di Bawah Lapisan Es Antartika
"Kami meninggalkan pelat titanium persegi berukuran 6 inci [15 cm] yang dihubungkan ke garis Kevlar setinggi 1,8 m dengan pelampung busa sintaksis. Di semua sisi pelampung dan semua sisi titanium terdapat pengenal numerik geocache dan kata rahasia." Keberadaan dari kata rahasia ini dimaksudkan agar kelak orang yang bisa mengklaim telah menemukannya adalah orang yang benar-benar telah melihat dan mengetahui kata rahasia tersebut. Jadi, penanda ini berguna untuk memastikan bahwa orang tersebut benar-benar telah mengunjungi titik terdalam bumi itu.
"Jadi kami berhasil menyebarkan [geocache] di pusat titik terdalam di Bumi dan kemudian kami meluncur selama sekitar satu jam melintasi dasar laut. Dasar laut di bawah sana, tepat di tempat mendarat, itulah yang saya gambarkan sebagai 'dataran jurang.' Ini semacam gurun. Kondisi dasarnya datar dan memiliki dasar yang sangat berlumpur dan keruh tempat sisa-sisa kehidupan tujuh mil [11 kilometer] di atas dari di kolom air itu --entah itu sisa sisik atau kotoran atau debu atau bangkai ikan yang membusuk di atasnya."
Selain menjumpai lumpur dan batuan di titik terdalam bumi, Garriott juga mengatakan bahwa dirinya menemui banyak hewan di dasar laut sana. Bahkan ada juga benda buatan manusia yang ia temui di sana.
"Ada cukup banyak kehidupan di bawah sana. Kami melihat hampir beberapa kaki atau setidaknya ada hewan dengan selusin kaki, salah satunya adalah krustasea yang hampir tembus pandang dengan panjang beberapa inci," cerita Garriott.
Baca Juga: Ratusan Tulang Manusia Ditemukan di Danau Himalaya, Milik Siapa?
"Kemudian, saat kami melintasi dataran jurang ini, kami benar-benar bertemu dengan bagian pertama dari umat kita, yaitu kabel sepanjang 11 kilometer yang sebelumnya telah dipasang pada kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh. Perlu dicatat bahwa musim panas lalu ketika Victor ada di sini, ini tidak ada. Dan di antara kunjungan itu dan kunjungan kami, seorang kru Tiongkok telah berada di sini dengan satu kapal selam menyelam bebas dan satu kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh, yang terakhir untuk memotret kapal selam."
"Ini adalah praktik yang cukup umum bagi mereka yang menggunakan penambat yang sangat panjang ini untuk membuangnya. Masalahnya adalah hal itu menciptakan bahaya yang sangat sulit bagi kapal selam karena panjangnya 7 mil dan membentang dan mengular di seluruh dasar laut dan Anda tidak dapat melihat kabel itu sampai Anda benar-benar menyentuhnya. Kami melihat kabel itu pertama kali melintasi jalur kami ke satu arah dan kami terkejut melihatnya, sedikit khawatir dan khawatir. Kemudian kami melihat kabel yang sama, atau setidaknya kami asumsikan sebagai kabel yang sama, melintasi jalur kami ke arah lain."
Saat diminta untuk membandingkan penjelajahan ke titik terdalam bumi ini dengan petualangannya ke tempat-tempat lain yang pernah ia lakukan, Garriott mengatakan bahwa pengalaman ke luar angkasa sulit untuk dikalahkan. Namun kesamaan dari kondisi titik terdalam bumi ini dengan luar angkasa maupun daerah kutub yang pernah ia kunjungi adalah adanya kondisi ekstrem yang membuat hukum fisika benar-benar tampak berubah.
"Di luar angkasa, yang jelas akan membuat seseorang melayang selama 24/7. Tidak merasakan gravitasi jelas merupakan perubahan mendasar dalam fisika yang terkait dengan hidup Anda. Di Antartika, saya sama sekali tidak dapat membedakan jarak karena tidak ada perbandingan relatif, tidak ada jalan atau tiang telepon yang dapat memberi Anda gambaran tentang perspektif. Dan begitu juga bebatuan besar yang jauh dan bebatuan kecil dari dekat terlihat sama. Antartika adalah tempat yang menarik karena cara kerja penglihatan dan suara, dan hal yang sama sekarang berlaku untuk kedalaman yang luar biasa ini (Challenger Deep) di mana Anda dapat mengukur lambung kapal yang hancur di sekitar Anda."
Baca Juga: Bencana akibat Mencairnya Gletser Himalaya Itu Sudah Diwanti-wanti
"Saya mengambil pita pengukur digital dan kapal selam menyusut 6 milimeter [0,2 inci] saat turun ke kedalaman. Tekanannya begitu besar bahkan barang-barang seperti telepon akustik, yang dibuat untuk berkomunikasi di bawah air, hampir tidak berfungsi pada kedalaman tersebut."
"Air tidak dapat dimampatkan tetapi sebenarnya ia dapat memampatkan setidaknya sedikit. Kepadatan air menjadi semakin besar pada kedalaman yang sangat besar ini. Laju penurunan kami pada awalnya adalah beberapa meter per detik, tetapi saat kami sampai di dasar, air itu sendiri menjadi sangat padat sehingga kami melambat hingga kurang dari setengah meter per detik." Garriott bersyukur, tekanan air di di titik terdalam bumi ini telah membuat kapal selamnya hancur sekian milimeter saja.
Source | : | CollectSPACE |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR