"Kami ingin mencari tahu mengapa kucing yang diberi makan dengan baik (terpelihara masih dapat membunuh satwa liar," kata salah satu peneliti Robbie A McDonald, dikutip dari ScienceNews.
Mereka menduga hal itu disebabkan dari sifat naluri alami kucing yang suka berburu daging untuk kebutuhan makanannya.
Dalam hipotesanya, apabila pola makan atau naluri memengaruhi perburuan, maka menambahkan daging dalam makanan, dan kegiatan yang menyerupai perburuan dapat memenuhi kebutuhan kucing. Jika sudah terpenuhi, sangat mungkin kucing membiarkan satwa liar bebas.
Atas hipotesa itu, para peneliti melakukan observasi bersama para pemilik kucing di 219 rumah. Berdasarkan data observasi mereka, kucing domestik yang didaftarkan ada 355 ekor.
Untuk membantu penelitian, pemilik kucing harus menghitung setiap burung, mamalia, atau makhluk lain yang dibawa kucing selama tujuh pekan observasi.
Kemudian pada pekan keenam, para pemilik mencoba mengintervensi kebiasaan mereka. Intervensi itu berupa pemberian makanan yang mengadung daging oleh 39 pemilik, dan 46 lainnya bermain dengan mereka selama 5-10 menit setiap hari.
Baca Juga: Mengapa Kita Lebih Peduli pada Hewan Peliharaan Daripada Sesama?
Kelompok pemilik lain juga juga memasukan makanan normal ke kucing mereka ke dalam puzzle feeder (wadah makan kucing yang menyerupai labirin). Ada pula yang memanfaatkan pekan keenam itu untuk memberikan kucing mereka pakaian, dan kalung lonceng yang diduga dapat burung mengetahui kehadiran kucing.
Hasilnya, kucing yang diberi makan daging ternyata membawa mangsa 36 persen lebih sedikit. Dalam penjelasan para peneliti dalam laporannya, biasanya kucing membawa 30 ekor per bulan, kemudian menjadi 20 ekor per bulannya.
Meski tak terlalu signifikan, para peneliti berpendapat setidaknya ini cukup mengurangi miliaran hewan yang dimangsa dan dibunuh kucing bila diterapkan semua orang.
Namun pemberian makanan lewat puzzle feeder justru membuat mereka membawa pulang lebih banyak mangsa. Para peneliti beranggapan karena tempat makan seperti itu membuatnya mereka susah untuk makan. Sedangkan dengan kegiatan bermain bersama kucing, mengalami penurunan 25 persen.
Dan yang paling siginifikan untuk menurunkan jumlah buruan terletak pada penggunaan kalung lonceng, sebesar 42 persen.
Setelah uji coba ini dan dinilai cukup efektif, beberapa pemilik kucing yang diikut observasi itu berencana untuk tetap memberi kucing mereka dengan makanan yang mengandung daging. Sementara yang lainnya juga berencana untuk memberikan waktunya untuk bermain bersama kucing mereka.
“Kami berharap pemilik kucing yang berburu mempertimbangkan untuk mencoba perubahan ini,” papar McDonald. “Ini bagus untuk konservasi dan bagus untuk kucing.”
Source | : | Science Direct,current biology,Science News |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR